in

Anggrek Paling Jelek di Dunia Ditemukan Para Ilmuwan di Hutan Madagaskar

“Gastrodia agnicellus” ditemukan di Madagaskar dan dilabeli sebagai anggrek paling jelek di dunia oleh para ilmuwan.

CakapCakapCakap People! Anggrek sering dianggap cantik, halus, dan cerah — tetapi jenis yang baru diidentifikasi ini mungkin akan mengubah pikiran.

Mereka mengatakan bahwa kecantikan itu tergantung pada mata yang memandangnya, dan saat melihat spesies baru anggrek yang ditemukan oleh para ilmuwan di hutan Madagaskar, maka rasanya mudah untuk dipahami mengapa spesies anggrek itu dilabeli sebagai “anggrek paling jelek di dunia”.

Dengan lebih dari 700 genera dan sekitar 28.000 spesies individu, anggrek merupakan salah satu famili tumbuhan terbesar. Sebagian besar spesies ini dikaitkan dengan keindahan dan keanggunan, tetapi anggota terbaru dari keluarga besar ini tidak sesuai dengan deskripsi itu. Gastrodia agnicellus, salah satu tumbuhan dan jamur yang baru ditemukan tahun ini, tidak memiliki daun, tumbuh dari batang umbi berbulu, memiliki warna kecoklatan yang lembut, dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di bawah tanah, dan ia muncul hanya untuk berbunga atau menghasilkan buah.

Penemuan anggrek tersebut diumumkan para peneliti dari Royal Botanic Gardens, (RBG), Kew, London.

“Gastrodia agnicellus” ditemukan di Madagaskar dan dilabeli sebagai anggrek paling jelek di dunia oleh para ilmuwan. [Foto: Rick Burian/Royal Botanic Gardens, Kew]

“Kecantikan ada di mata yang melihatnya,” kata Johan Hermans, salah satu peneliti anggrek di balik penemuan bunga itu kepada CNN, Kamis, 17 Desember 2020.

Tetap saja dia berkata, “Itu tidak terlalu menarik, saya harus mengatakan, itu tampak berdaging, merah di dalam dan coklat di luar,” ujar Hermans.

“Kami pertama kali melihatnya di polong biji. Beberapa tahun kemudian kami kembali dan mencari di area yang sama, mencoba menemukan bunga coklat pada serasah daun coklat, dan akhirnya kami menemukannya,” Hermans, seorang peneliti kehormatan yang bekerja dengan RBG Kew, menjelaskan.

“Itu semacam tersembunyi di pangkal pohon, dan Anda harus membuang daunnya untuk menemukan di mana tanaman itu berada,” tambahnya.

Para peneliti mengira bahwa tanaman yang tampak aneh itu mungkin berbau seperti daging busuk, seperti yang biasa terjadi pada beberapa anggrek yang diserbuki oleh lalat, tetapi sebaliknya, anggrek tersebut mengejutkan mereka dengan “aroma mawar yang menyenangkan, sitrus,”, kata Hermans.

“Anggrek ini memiliki siklus hidup yang luar biasa, memiliki umbi berbulu di tanah, tidak memiliki daun, dan bunganya sedikit muncul di bawah serasah daun. Ia hanya terbuka sedikit, ia dibuahi dan berbiji seperti buah-buahan dan benar-benar bisa terangkat oleh seekor bangau yang cukup panjang setinggi sekitar 20 sentimeter (7,9 inci), kemudian ia membuka dan menyebarkan benih.”

Hibiscus hareyae berbunga merah dengan kelopak bergerigi ini ditemukan oleh spesialis kembang sepatu Australia Lex Thomson.

Sekitar 156 tanaman dan jamur di seluruh dunia ditemukan dan diberi nama secara resmi oleh RBG Kew dan mitranya pada tahun 2020, termasuk semak berdaun bersisik dari Namibia selatan, kerabat blueberry yang ditemukan di New Guinea, dan varietas baru kembang sepatu di Australia.

Seperti kebanyakan anggrek lainnya, anggrek paling jelek di dunia merupakan tanaman tahunan dan memiliki hubungan simbiosis dengan jamur. Namun, sementara anggrek lain hanya mengandalkan symbiote mereka dalam siklus perkembangan awal mereka, Gastrodia agnicellus secara permanen bergantung pada symbiote untuk makanan, karena anggrek jenis ini tidak memiliki sel untuk fotosintesis. Jamur mengekstraksi nutrisi seperti karbon dari tanah dan tanaman lain, dan dimakan oleh anggrek.

Masih banyak hal yang belum diketahui para ilmuwan tentang anggrek baru dan tampak tidak biasa ini, seperti cara penyerbukannya, atau kisaran habitatnya di Madagaskar, sehingga penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Keluarga Ini Selalu Bikin Pohon Es Raksasa yang Indah Setiap Natal, Selama Lebih dari 60 Tahun

Batubara Tertua di Dunia Ini Terbakar Secara Terus Menerus Selama Kurang Lebih 6.000 Tahun