in ,

Akan Diajukan ke UNESCO, Ini Beda Kebaya Indonesia dan 4 Negara ASEAN

ingapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand akan mengajukan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

CakapCakapCakap People! Sebanyak empat negara ASEAN yakni Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand akan mengajukan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Meski sama-sama punya kebaya, apa beda kebaya Indonesia dan kebaya di empat negara ini?

Harus diakui kebaya tak hanya ada di Indonesia. Negara-negara ASEAN lain juga memiliki kebaya meski istilahnya berbeda. Menurut dosen Program Studi Pendidikan Tata Busana Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Suciati, kebaya Indonesia memiliki ciri khas, makna visual berbeda yang menjadikannya jati diri bangsa Indonesia.

Kebaya Indonesia

Akan Diajukan ke UNESCO, Ini Beda Kebaya Indonesia dan 4 Negara ASEAN
Sejumlah perempuan mengikuti parade kebaya dalam kampanye Gerakan Kebaya Goes to UNESCO saat hari bebas berkendaraan bermotor atau Car Free Day, di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu, 6 November 2022. [Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO]

Suciati menjelaskan gaya busana perempuan Nusantara awalnya cukup dengan lilitan kain baik dililitkan dari pinggang maupun bawah ketiak. Pada abad ke-11, saat ajaran Islam masuk Jawa, muncul pemahaman bahwa berbusana musti tertutup.

Agar lebih tertutup, lilitan kain pun ditambah selendang yang disampirkan untuk menutup dada dan pundak. Inilah yang jadi awal mula kebaya.

Seiring berjalan waktu dan kedatangan bangsa-bangsa lain termasuk China dan Portugis, kain yang semula disampirkan lalu diselubungkan dan dijahit. Bentuknya mirip dengan jubah panjang. Baru pada abad ke-12 hingga ke-14, kain selubung ini diperkenalkan sebagai kebaya.

“Kebaya berasal dari lingkungan priyayi [bangsawan] kerajaan, wanita terhormat, dia lahir dari lingkungan adiluhung dan dari budaya pemikiran Islam yang tertutup bajunya,” jelas Suciati kepada CNN Indonesia beberapa waktu lalu.

Ciri utama kebaya Indonesia adalah terdapat belahan muka (opening-closing). Model kebaya kutubaru, kebaya Kartini semua memiliki bukaan depan. Kemudian look kebaya hadir dalam dua tekstur berbeda antara atasan dan bawahan. Atasan biasanya menggunakan material brokat dan tulle, sedangkan bawahan dari kain misalnya batik.

Kebaya Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand

Kebaya Melayu [Foto: Straits Times/ASIAN CIVILISATIONS MUSEUM]

Keberadaan kebaya di negara-negara ASEAN selain Indonesia bukan hal aneh. Hal ini sehubungan dengan aktivitas perdagangan di masa lampau. Kebaya menemukan ‘warnanya’ sendiri sesuai di mana dia berada.

“Karena perdagangan, dari bangsa yang sama, menyebar dan tumbuh berkembang dengan alamnya masing-masing,” kata Suciati.

Jika di Indonesia menggunakan dua tekstur material, look kebaya di Malaysia menggunakan satu tekstur. Artinya, material untuk atasan dan bawahan sama. Bentuk atasannya pun serupa tunik tanpa bukaan depan atau disebut baju kurung.

Bagaimana dengan Singapura? Kamu bisa mengenali kebaya Singapura dari seragam pramugari Singapore Airlines. Seperti dilansir dari Independent Singapore, kru pesawat sudah mengenakan seragam dengan siluet kebaya sarung sejak 1972. Bentuknya sedikit berbeda dengan kebaya Indonesia di mana area dada lebih terlihat dan tampaknya tidak memiliki bukaan depan meski seperti ada aksen garis di tengah.

Berbeda lagi dengan kebaya di Thailand. Pakaian tradisional Thailand banyak mengingatkan akan siluet kebaya. Seperti dilansir dari Holidify, perempuan Thailand punya beberapa jenis baju tradisional.

Ruean Ton merupakan look dengan atasan berupa blus tanpa kerah dan berkancing depan. Blus dipadukan dengan bawahan kain atau rok panjang polos atau terdapat bordir motif lokal.

Ada pula Boromphiman yang dikenakan untuk acara formal dan semi formal di malam hari. Atasan berupa blus tanpa kancing dan bentuk kerah bulat mirip kerah Shanghai. Sementara bawahannya berupa kain sarung dengan detail lipatan di depan.

Look busana perempuan yang mungkin paling mendekati kebaya adalah Chitlada. Chitlada biasa dikenakan dalam acara formal atau resmi. Chitlada terdiri dari atasan berupa blus dengan lima kancing depan dan bawahan berupa Sinh (sarung).

Kebaya pun ada di Brunei Darussalam. Berdasar studi yang diterbitkan di Paramita: Historical Studies Journal (2022), kebaya perempuan Brunei Darussalam banyak dipengaruhi Malaysia.

Studi menyelidiki gaya busana perempuan Brunei Darussalam era 1960-an, 1970-an dan 1980-an dengan menganalisis foto-foto perempuan Brunei Darussalam yang dimuat di surat kabar nasional Pelita Brunei (1960-an hingga 1980-an). Selain kebaya, para perempuan Brunei ini juga mengenakan baju kurung.

Meski banyak kemiripan dengan kebaya di Malaysia, kebaya di Brunei Darussalam disebut memiliki potongan lebih longgar dan cenderung mengarah pada siluet blus dengan lengan lebih ‘berisi’ dan longgar.

Peneliti menemukan perempuan dengan kebaya mulai jarang terlihat di surat kabar era 1980-an. Mereka menduga hal ini terjadi karena popularitas baju kurung sebagai busana nasional.

SUMBER ARTIKEL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Singapura dan 3 Negara ASEAN Lain Akan Daftarkan Kebaya Sebagai Warisan Budaya, Ini Kata UNESCO

Singapura dan 3 Negara ASEAN Lain Akan Daftarkan Kebaya Sebagai Warisan Budaya, Ini Kata UNESCO

Bakal Didaftarkan ke UNESCO oleh Singapura dkk, Ini Asal-usul Kebaya di Indonesia

Bakal Didaftarkan ke UNESCO oleh Singapura dkk, Ini Asal-usul Kebaya di Indonesia