CakapCakap – Cakap People! Saat ini, kasus COVID-19 dengan pneumonia tampak lebih rendah dibandingkan di masa-masa awal pandemi. Namun, melihat perkembangan varian-varian baru SARS-CoV-2, para ahli memprediksi bahwa kasus COVID-19 dengan pneumonia bisa kembali meningkat.
Prediksi ini diungkapkan dalam studi terbaru yang dipublikasikan dalam British Medical Journal. Melalui studi tersebut, para ahli memprediksi kemungkinan perkembangan gejala COVID-19 yang mungkin muncul tahun ini.
“Di awal pandemi, gejala-gejala awal yang umum dilaporkan adalah kehilangan indra penciuman dan perasa, diikuti oleh sesak napas dan batuk, lalu disusul oleh cedera vaskular,” jelas Dr Strain, seperti dilansir Express, Jumat 10 Maret 2023.
Kemunculan varian BA.4 dan BA.5 tampaknya mulai kembali memicu kasus pneumonia pada pasien COVID-19. Dr Strain mengatakan kasus COVID-19 dengan pneumonia saat ini mulai bermunculan, meski tingkat keparahannya tidak seberat di awal pandemi.
“Saya pikir orang-orang tak menyangka (kedua varian itu) akan kembali menyerang paru-paru,” kata Dr Strain.
COVID-19 dengan pneumonia atau pneumonia COVID-19 merupakan infeksi paru-paru yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Infeksi ini menyebabkan munculnya cairan dan peradangan di paru-paru.
“Kesulitan bernapas yang terus memburuk merupakan gejala paling umum dari COVID-19 yang berkembang menjadi pneumonia COVID-19,” ujar Cleveland Clinic.
Ketika COVID-19 sudah berkembang menjadi pneumonia, ada beberapa gejala yang patut diwaspadai. Berikut ini adalah tujuh gejala di antaranya:
1. Sesak napas atau kesulitan bernapas
2. Kebingungan
3. Lelah ekstrem
4. Batuk
5. Demam
6. Nyeri dada atau dada seperti ditekan
7. Bibir, kulit, atau kuku tampak membiru
Orang-orang yang mengalami gejala pneumonia COVID-19 perlu segera mendatangi layanan gawat darurat di rumah sakit. Selama rumah sakit tidak disesaki pasien, pasien pneumonia COVID-19 memiliki tingkat kesembuhan sekitar 80 persen.
“Ketakutan besarnya adalah penyakit ini (COVID-19) bergerak ke arah yang lebih trombogenik,” kata Dr Strain.
Dr Strain mengatakan hal seperti ini sudah terjadi pada varian-varian SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19 sebelumnya, seperti BA.2 dan delta.
“Kita melihatnya di BA.2, kita melihatnya di varian delta, bahwa kita mendapatkan peningkatan D-dimer yang masif (yang menunjukkan) risiko pembekuan darah yang juga masif,” ujar Dr Strain.