CakapCakap – Cakap People! Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara memiliki dampak bagi dunia penerbangan karena abu vulkanik yang terlontar ke udara dapat merusak badan pesawat dan fungsi baling-baling pada pesawat turboprop atau mesin jet dalam pesawat turbofan.
“Oleh karena itu, deteksi dini dan informasi cuaca penerbangan sangat penting untuk keselamatan penerbangan,” kata Guswanto dikutip dari siaran pers, Jumat, 19 April 2024.
Sejak pertama kali letusan Gunung Ruang, Meteorological Watch Office (MWO) Ujung Pandang yang berada di Stasiun Meteorologi Sultan Hasanuddin, Makassar, setidaknya telah menerbitkan peringatan dini cuaca signifikan untuk penerbangan terkait abu vulkanik (SIGMET VA) sebanyak 21 kali. Adapun peringatan dini abu vulkanik di bandar udara (Aerodrome Warning VA) telah diterbitkan oleh Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi pada 18 April 2024 01.00 UTC (09.00 WITA).
Atas informasi tersebut, Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia) menerbitkan Notice to Airmen (NOTAM) penutupan bandar udara Sam Ratulangi di Manado yang diperkiraan hingga 19 April 2024 pukul 10.00 UTC (18.00 WITA).
NOTAM ialah warta kepada udarawan atau Wartadara berupa pemberitahuan yang disebarluaskan melalui peralatan telekomunikasi yang berisi informasi mengenai penetapan, kondisi atau perubahan di setiap fasilitas aeronautika, pelayanan, prosedur atau kondisi berbahaya, berjangka waktu pendek dan bersifat penting untuk diketahui oleh personel operasi penerbangan.
SIGMET VA merupakan salah satu jenis SIGMET yang dikhususkan untuk memberikan informasi perihal sebaran abu vulkanik. Data tersebut di keluarkan BMKG untuk menjami keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan panduan bagi penerbangan yang melewati daerah terdampak.
Kepala Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, Dhira Utama mengatakan BMKG telah mengeluarkan Aerodome Warning atau Peringatan Dini Cuaca Bandara pada 06.30 WITA. Menurut Dhira, abu vulkanik teramati dengan jarak pandang mendatar 10 kilometer dan kondisi ini diprakirakan akan berlangsung hingga 16.10 WITA dengan tendensi melemah.
Oleh karenanya, kata dia, pihak maskapai penerbangan diimbau untuk update informasi dampak sebaran abu vulkanik secara berkala. “Hal ini menjadi penting dan dapat dijadikan data acuan untuk menentukan rute penerbangan dan menghindari wilayah-wilayah udara yang terdampak dari letusan Gunung Ruang,” ucapnya.
Menurut Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan, Achadi Subarkah Raharjo, Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin mengungkap sebaran letusan abu vulkanik gunung Ruang teramati melalui citra satelit.
Abu vulkanik dirediksi berdampak ke ruang udara penerbangan sekitar Gunung Ruang, dan meluas hingga ruang udara di beberapa lokasi, antara lain Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian utara, dan sebagian Pulau Kalimantan.
Achadi menambahkan sebaran abu vulkanik terdeteksi ke arah barat – barat laut dan timur – serta tenggara. Berdasarkan hasil laporan, terjadi penutupan di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara dan terdapat laporan pengamatan abu vulkanik melalui metode paper test dengan hasil positif di Bandara Kuabang, Maluku Utara.
Menurut Achadi, catatan Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) yang terbit ketiga pada 17 April 2024 pukul 20:15 WITA, ketinggian letusan abu vulkanik Gunung Ruang mencapai 3.725 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dengan status oranye. Artinya, gunung menunjukkan aktifitas meningkat dengan kemungkinkan peningkatan letusan dengan tinggi kolom di bawah 6.000 mdpl.
“Emisi abu vulkanik dengan tinggi kolom tersebut diperkirakan akan berdampak signifikan di wilayah udara terdampak, sehingga penting untuk meningkatkan kesadaran situasional akan letusan gunung berapi dan penyebabnya,” ujarnya.
Melihat dampak abu vulkanik tersebut, Guswanto meminta otoritas layanan bandara untuk terus memantau informasi dari VAAC dan VONA untuk digunakan dalam memutuskan apakah bandara tetap dibuka atau ditutup.
Di sisi lain, pihak maskapai penerbangan juga diimbau untuk memperbarui informasi dampak sebaran abu vulkanik. Hal ini menjadi penting dan dapat dijadikan data acuan untuk menentukan rute penerbangan dan menghindari wilayah-wilayah udara yang terdampak dari letusan Gunung Ruang.
Saat ini, BMKG terus mengantisipasi perkembangan sebaran abu vulkanik Gunung Ruang dengan pemantauan berdasarkan citra satelit, pemodelan, dan pengamatan langsung atau paper test di bandara. Informasi dan data ini akan diupdate secara berkala dan dapat diakses oleh pihak otoritas terkait. “Kolaborasi antarnegara dan wilayah penting untuk meningkatkan kesadaran situasional akan letusan gunung berapi dan penyebabnya,” ucap Guswanto.