CakapCakap – Cakap People! Google telah menghapus hampir 600 aplikasi Android yang “mengganggu” dari Play Store dan melarang pengembang mereka dalam upaya terbaru untuk mengendalikan penipuan iklan di perangkat seluler. Demikian diumumkan perusahaan pada hari Kamis, 20 Februari 2020.
Dilansir dari The Verge, Sabtu, 22 Februari 2020, kebijakan Google tidak mengizinkan iklan tampil ketika aplikasi tidak digunakan atau mengelabui pengguna untuk mengklik iklan secara tidak sengaja.
Perusahaan mengatakan mendefinisikan iklan yang mengganggu sebagai “iklan yang ditampilkan kepada pengguna dengan cara yang tidak terduga, termasuk merusak atau mengganggu kegunaan fungsi perangkat.” Misalnya, iklan yang muncul memenuhi layar selama panggilan telepon atau saat menggunakan aplikasi navigasi, menurut Senior Product Manager Ad Traffic Quality Google, Per Bjorke, dalam postingan di blog Google.
Bjorke juga mengatakan bahwa Google telah mengembangkan “pendekatan berbasis pembelajaran mesin” untuk membantu mendeteksi iklan di luar konteks aplikasi.
“Pengembang jahat terus menjadi lebih cerdas dalam menyebarkan dan menutupi iklan yang mengganggu, tetapi kami telah mengembangkan teknologi baru kami sendiri untuk melindungi pengguna dari perilaku ini,” kata Bjorke.
Menurut laporan BuzzFeed News, sebagian besar aplikasi yang ditemukan melanggar aturan tersebut dibuat oleh pengembang yang berbasis di China, India, dan Singapura, dan mayoritas ditujukan untuk pengguna yang berbahasa Inggris.
Pengembang berulang seperti Cheetah Mobile, sebuah perusahaan publik yang berbasis di China, memiliki lebih dari 40 aplikasi yang ditarik dari Play Store dalam gelombang larangan terbaru ini, menurut BuzzFeed News.
Bjorke mengatakan kepada BuzzFeed News, pengembang yang melanggar aturan tersebut tampaknya telah menggunakan teknik serupa untuk menghindari deteksi, tetapi dia tidak mengetahui apakah hal itu merupakan upaya yang terkoordinasi.
Bjorke menambahkan bahwa Google akan menawarkan pengembalian uang kepada merek yang iklannya kemungkinan terpengaruhi oleh pop-up yang mengganggu.
Ini bukan kali pertama Google melakukan tindakan keras kepada pengembang. Pada bulan Juli 2019, Google melarang pengembang China, CooTek, yang menggunakan plug-in adware untuk mengirim iklan secara agresif kepada pengguna, bahkan ketika aplikasi itu tidak digunakan.