Siti Nurhajaiti
CakapCakap – Cakap People! Jumlah siswa tunawisma di Amerika Serikat adalah yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Hal itu terungkap dalam sebuah studi baru.
Dilansir dari The New York Times, Selasa, 4 Februari 2020, laporan National Centre for Homeless Education yang dirilis minggu lalu ini menemukan bahwa lebih dari 1,5 juta siswa sekolah negeri menjadi tunawisma di tahun ajaran 2017-2018, tertinggi dalam lebih dari 12 tahun.
Para ahli mengatakan itu mencerminkan masalah yang terus tumbuh yang dapat secara negatif mempengaruhi kinerja akademik dan kesehatan anak-anak.
Dari 1,5 juta anak sekolah tunawisma, sebagian besar dari mereka tinggal bersama keluarga atau teman lain setelah kehilangan rumah mereka. Tetapi 7% dari siswa tunawisma itu tinggal di bangunan atau mobil yang ditinggalkan.
Laporan itu menyebutkan, penyebab tingginya angka tunawisma dari kalangan pelajar itu adalah ketidakamanan pekerjaan, harga perumahan yang tidak terjangkau, kekerasan dalam rumah tangga dan baru-baru ini juga karena orang tua meninggal setelah kecanduan opioid.
Hidup tanpa alamat itu tetap berdampak serius terhadap pendidikan dan kesehatan anak-anak sekolah yang tunawisma tersebut.
Laporan itu menunjukkan, kurang dari sepertiga siswa tunawisma itu mampu membaca dengan memadai, dan mendapat nilai lebih rendah dalam matematika dan sains.
George Hancock, direktur National Center for Homeless Education, mengatakan bahwa pada tahun 2004-2005, atau tahun pertama pemeriksaan, jumlah siswa tunawisma sebesar 680.000 orang.
Kini, data terbaru mencatat pada tahun akademik 2017-2018, jumlah siswa tunawisma naik lebih dari dua kali lipat dari jumlah tahun akademik 2004-2005, yaitu sebanyak lebih dari 1,5 juta orang.
Penelitian ini mengukur jumlah anak-anak di sekolah yang melaporkan menjadi tunawisma di beberapa titik selama tahun akademik sehingga tidak menunjukkan total populasi anak muda tunawisma di AS.
Mengapa siswa tunawisma di AS meningkat?
Tunawisma adalah masalah yang berkembang di AS, biasanya terkait dengan krisis perumahan nasional.
Jutaan orang menghabiskan lebih dari setengah pendapatan mereka untuk perumahan, dan banyak yang melaporkan bahwa mereka tidak mampu membeli rumah.
Meningkatnya harga sewa dan kekurangan perumahan telah memaksa ribuan orang di California untuk tinggal di karavan atau perumahan yang tidak memadai.
Ekonomi yang terus berubah, dengan pabrik-pabrik tutup atau bangkitnya ekonomi pertunjukan yang tidak aman, juga membuat orang tua tidak mampu membayar sewa rumah.
Krisis opioid, di mana hampir 2 juta orang kecanduan obat resep, juga menyebabkan beberapa keluarga bercerai atau anak-anak dipindahkan dari rumah mereka.
Sejumlah pemuda tunawisma yang tidak proporsional adalah LGBT, menurut University of California Williams Institute.
Hampir tujuh dari 10 orang mengatakan bahwa penolakan keluarga adalah penyebab utama menjadi tunawisma, dan pelecehan di rumah adalah alasan utama lainnya.
Sebagian besar pakar tunawisma mengatakan solusinya terletak pada penyediaan lebih banyak perumahan dengan harga terjangkau, serta memberikan dukungan kepada keluarga yang mungkin terkena trauma atau kecanduan.
*Foto ilustrasi: Unsplash.
