CakapCakap – Cakap People! Pemerintah Jepang memastikan untuk menjemput warganya yang berada di Wuhan, China agar bisa pulang kembali ke negaranya. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe seperti dilaporkan Kyodo News, Minggu, 26 Januari 2020, menyatakan, bahwa pihaknya menyiapkan satu pesawat carter untuk terbang ke Wuhan, kota di mana virus Corona pertama kali mewabah.
“Segera setelah penyesuaian dengan Pemerintah China rampung, Saya akan mengambil langkah apa pun, termasuk mencarter pesawat dan merealisasikan pemulangan warga,” kata Abe.
Hingga Jumat, 24 Januari 2020, tercatat ada 710 warga Jepang di Wuhan, kota berpenduduk 11 juta jiwa yang saat ini diisolasi akibat mewabahnya virus Corona. Pada akhir pekan lalu, Jepang melakukan survei berapa banyak warganya yang menginginkan pulang.
Menurut Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi, pihaknya telah berhasil menghubungi 430 warga Jepang di Wuhan.
Motegi menyatakan, dia juga telah berbicara lewat telepon dengan pihak China dan meminta izin dan kerja sama terkait proses evakuasi. Langkah Jepang ini mengikuti Amerika Serikat dan Korea Selatan yang telah lebih dulu bernegosiasi dengan China untuk mengevakuasi warga mereka keluar dari Provinsi Hubei.
Bagaimana dengan Indonesia?
Jika Jepang telah memastikan akan mengirim pesawat untuk menjemput warganya di Wuhan, Pemerintah Indonesia terus melakukan komunikasi dengan pihak China terkait opsi evakuasi bagi para warga negara Indonesia yang berada di China, terutama di area-area yang sedang dalam masa karantina terkait penyebaran virus corona atau 2019-NcOv.
Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan, komunikasi dengan pemerintah China terus dijalin. Karena, masalah penanganan warga negara-negara asing di China, termasuk dari Indonesia, bergantung pada pertimbangan Pemerintah China.
“Mengenai kondisi yang menuntut evakuasi, itu yang pasti kita melalui komunikasi dengan pemerintah China, sejauh mana terbuka ruang untuk kita evakuasi saat sekarang, di mana isolasi masih dilakukan,” kata Teuku Faizasyah, Senin, 27 Januari 2020, dikutip dari Kantor Berita Antara.
Dia mengatakan, sembari menjalin komunikasi terus-menerus dengan China, yang dapat dilakukan negara-negara lain, termasuk Indonesia, adalah memaksimalkan perisapan teknis.
Sehingga, ketika kesempatan evakuasi terbuka dan kondisi di lapangan sudah siap, maka pihak Indonesia juga telah siap.
“Evakuasi dalam berbagai versi ya, dipindahkan ke area yang tidak terpapar atau kembali ke Indonesia, ada berbagai versi. Tetapi semua berpulang pada konfirmasi dari China bahwa evakuasi bisa dilakukan,” katanya.
Saat ini, menurut dia, pihak pemerintah Indonesia melakukan antisipasi. Salah satu persiapan teknis yang dilakukan adalah mengumpulkan daftar nama WNI di area karantina yang sekarang ini sudah dimiliki.
“Nanti pada waktunya kita sampaikan protapnya, semua akan dapat pengarahan dari pemerintah China, karena kita tidak bisa bekerja sendiri. Komunikasi terus menerus (dengan China) karena kondisi lapangan menentukan,” jelasnya.
Sementara itu, pihak Kemenlu memastikan WNI di sana tetap mendapat atensi yang besar. “Termasuk mungkin dari publik. Masyarakat kita harus bantu ajak moral mereka. Berpikir positif, sekalian fisik, psikis juga harus dijaga,” kata dia.
Total jumlah warga negara Indonesia yang berada di wilayah yang diisolasi mencapai 243 jiwa dan mayoritas adalah mahasiswa. Lokasi para WNI tersebar di sejumlah daerah, termasuk Wuhan, yakni pusat dari wabah virus corona, serta Xianing, Huangshi, Jingzhou, Xianyang, Enshi, dan Shiyan.