CakapCakap – Cakap People! Facebook pada hari Kamis, 19 Desember 2019, menyampaikan bahwa sedang menyelidiki sebuah laporan mengenai database yang berisi nama dan nomor telepon lebih dari 267 juta pengguna yang terekspos secara online.
Dilansir dari The Jakarta Post, Minggu, 22 Desember 2019, basis data pengguna Facebook itu tersedia untuk diunduh pekan lalu di forum peretas online yang tampaknya milik kelompok kejahatan, menurut sebuah posting blog di situs web Comparitech.
“Kami menemukan masalah ini, tetapi yakin ini kemungkinan informasi yang diperoleh sebelum perubahan yang kami buat dalam beberapa tahun terakhir untuk melindungi informasi pengguna,” kata juru bicara Facebook kepada AFP.
Comparitech mengatakan bahwa periset keamanan Bob Diachenko melihat database itu, yang dapat diakses secara terbuka dan berisi nama pengguna, ID pengguna, dan nomor telepon Facebook.
Penemuan itu dilaporkan dan database pengguna Facebook tersebut tidak lagi tersedia pada 19 Desember 2019, menurut Comparitech.
Pengungkapan data yang terbuka secara online ini muncul saat Facebook berupaya untuk membangun kembali kepercayaan dan mengurangi kekhawatiran atas perlindungan informasi pengguna.
Regulator AS awal bulan ini mengatakan bahwa konsultan Inggris Cambridge Analytica — di pusat skandal besar, yang melibatkan pembajakan data Facebook besar-besaran — menipu pengguna media sosial ini tentang bagaimana ia mengumpulkan dan menangani informasi pribadi mereka.
Komisi Perdagangan Federal AS mengatakan penyelidikan yang dimulai pada Maret 2018 menyimpulkan bahwa firma konsultasi politik yang sekarang tidak beroperasi ini “terlibat dalam praktik penipuan untuk mengumpulkan informasi pribadi dari puluhan juta pengguna Facebook untuk profil dan target pemilih”.
FTC mengatakan perusahaan Inggris, yang bekerja pada kampanye kepresidenan Donald Trump pada 2016 itu membuat klaim “salah dan menyesatkan” ketika menawarkan “kuis kepribadian” kepada pengguna Facebook — yang menyatakan tidak akan mengunduh nama atau informasi identitas pribadi siapa pun.
Kasus ini menciptakan masalah besar atas perlindungan data pengguna ketika diungkapkan bahwa Cambridge Analytica mampu membuat profil psikologis menggunakan data dari jutaan pengguna Facebook.
Investigasi Facebook sendiri menemukan bahwa beberapa data dari 87 juta pengguna di Amerika Serikat dan di tempat lain telah dikompromikan oleh perusahaan, dan mengklaim praktik tersebut melanggar ketentuan layanan jejaring sosial.
Facebook membayar rekor denda sebesar USD 5 miliar awal tahun2019 ini dalam penyelesaian dengan regulator atas kesalahan penanganan data pribadi pengguna.