CakapCakap – Cakap Poeple! Emisi gas rumah kaca melonjak, mencetak rekor baru dibanding tahun lalu dan suhu dunia bisa naik lebih dari dua kali lipat batas pemanasan yang disepakati secara global jika tidak melakukan tindakan apapun.
Dilansir dari Reuters, Rabu, 27 November 2019, hal itu diungkapkan Program Lingkungan PBB (UNEP) dalam penelitian yang berjudul Laporan Kesenjangan Emisi atau Emissions Gap Report yang telah terbit pada Selasa, 26 November 2019.
Laporan UNEP ini adalah salah satu dari beberapa penelitian yang dirilis menjelang pembicaraan iklim di Madrid pada pekan depan yang bertujuan memacu para pemimpin dunia untuk membatasi perubahan iklim.
Laporan tersebut untuk mengukur jumlah pengurangan emisi yang diperlukan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Paris 2015.
Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim tahun lalu memperingatkan perubahan besar global jika target itu tidak terpenuhi, seperti hilangnya hampir semua terumbu karang dan sebagian besar es laut Kutub Utara.
“Seperti yang terjadi, suhu bisa naik 3,2 derajat Celcius abad ini, membawa dampak iklim yang luas dan merusak,” demikian disebutkan dalam ringkasan laporan Program Lingkungan PBB (UNEP).
Negara-negara harus membatasi kenaikan suhu global maksimal 1,5 derajat Celcius seperti tertuang dalam Perjanjian Paris 2015.
Menurut UNEP, ambang batas suhu kenaikan teraman sebesar 1,5 derajat Celcius masih mungkin tercapai. Tapi, membutuhkan pengurangan emisi 7,6% per tahun sepanjang 2020-2030.
“Ini akan sangat, sangat menantang,” kata John M. Christensen, Director UNEP. “Semakin lama kamu menunggu, semakin sulit jadinya”.
Laporan UNEP menunjukkan, emisi termasuk yang berasal dari perubahan penggunaan lahan seperti deforestasi naik ke rekor tertinggi, mencapai 55,3 gigaton setara karbon dioksida pada 2018.
Negara-negara menghadapi tenggat waktu tahun depan untuk menetapkan janji pengurangan emisi yang lebih ambisius.
Laporan UNEP menyebut Amerika Serikat sebagai salah satu dari beberapa penghasil emisi besar di samping Brasil dan Jepang yang gagal memenuhi targetnya sendiri, atau Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC).
Bulan ini, Pemerintahan Donald Trump mengajukan dokumen untuk menarik diri dari Perjanjian Paris sebagai langkah pertama dari proses penarikan formal.
Christensen mengatakan, beberapa dari mereka yang memenuhi target mereka dengan nyaman, seperti Turki dan Rusia, harus memperketat pengawasan pengurangan emisi secara signifikan.