CakapCakap – Cakap People! Seorang intelijen Cina telah membelot ke Australia dan membeberkan strategi Cina menyusup ke Australia, Hong Kong dan Taiwan untuk menjalankan operasi intelijen.
TEMPO melaporkan bahwa Wang Liqiang, 26 tahun, yang disapa William, telah memberikan badan intelijen Australia, ASIO, beberapa identitas intelijen militer senior Cina di Hong Kong.
Wang juga memberikan informasi rinci bagaimana mereka didanai dan menjalankan operasi intelijen di Australia, Hong Kong, dan Taiwan.
Wang mengaku terlibat dalam operasi penyusupan dan merecoki situasi di Australia, Hong Kong, dan Taiwan.
Menurut laporan South China Morning Post, Wang mengungkap secara detil cara Beijing diam-diam mengendalikan sejumlah perusahaan terdaftar untuk mendanai operasi intelijen, termasuk mengawasi dan membuat profil pembangkang dan mengkooptasi organisasi media.
1. Hong Kong.
Wang berperan di lembaga yang melakukan operasi bawah tanah dan penyusupan ke kampus-kampus di Hong Kong dan menghancurkan secara langsung pembangkang dan melakukan serangan siber.
Wang juga membantu upaya penculikan Lee Bo, pemilik toko buku Causeway Bay pada Oktober 2015. Dia diculik karena menyebarkan materi-materi pembangkangan.
Wang yang kini tinggal bersama istri dan bayinya di Sydney ini diperintahkan untuk memantau secara dekat Lee yang dianggap terlibat dalam publikasi kerja kontroversi presiden Xi Jinping dan “enam perempuan.”
Namun, Lam Wing-kee, salah seorang pemilik toko Causeway Bay mengaku tidak pernah bertemu Wang, namun dia tahu Wang bertanggung jawab atas penculikan Lee. Meski, beberapa informasi rinci yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diketahuinya.
“Sepengetahuan saya, ada gugus tugas khusus terkait dengan penculikan dan saya tahu orang yang bertanggung jawab ketika saya ditahan. Dalam kasus penculikan, dia sepertinya bukan orang yang bertanggung jawab. Dia boleh jadi orang yang bertanggung jawab di level rendah untuk mengikuti Lee Bo,” kata Lam.
Wang juga mengungkap keterlibatan manajer senior di satu jaringan televisi Asia dalam operasi intelijen Cina di Hong Kong. Orang tersebut merupakan kader militer di divisi komandan.
Selain itu, Wang juga menyusup ke kampus-kampus, termasuk asosiasi-asosiasi mahasiswa dan kelompok atau badan yang berhubungan dengan mahasiswa di Hong Kong.
Wang bertanggung jawab untuk merekrut mahasiswa-mahasiswa Cina daratan dengan menggunakan bea siswa, bantuan perjalanan, asosiasi alumni, dan yayasan di bidang pendidikan.
2. Australia
Wang mengatakan dirinya pernah bertemu agen intelijen tingkat tinggi yang dia yakin sedang melakukan operasi mata-mata di Australia melalui perusahaan sektor energi.
“Dia waktu itu mengatakan kepada saya dia bermarkas di Canberra. Saya tahu posisinya sangat penting,” ujar Wang.
Dalam laporan dari wawancara program 60 Minutes yang diadakan The Age, Wang menyebutkan lingkaran spionase Cina diduga menawarkan apa yang disebut “jumlah tujuh angka” untuk membayar dealer mobil mewah Melbourne, Bo “Nick” Zhao agar mencalonkan diri di parlemen federal Australia.
Sydney Morning Herald dalam program bersama mewawancarai Wang, melaporkan tentang Zhao pernah mengatakan ke ASIO mengenai dugaan pendekatan dari pengusaha Melbourne sekitar setahun lalu.
Zhao kemudian ditemukan tewas di satu kamar penginapan di Melbourne pada Maret lalu. Polisi belum juga menyimpulkan tentang kematiannya.
ASIO telah lebih dulu memperingatkan tentang ancaman intervensi asing yang belum pernah terjadi dan jumlah agen intelijen asing di Australia yang lebih banyak dibandingkan saat perang dingin.
Mantan pemimpin ASIO, Duncan Lewis dalam satu wawancara media Jumat pekan lalu mengatakan Cina ingin mengambil alih sistem politik Australia dengan kampanye spionase dan pengintaian dengan pengaruh berbahaya dan sistematis.
3. Taiwan
Wang menuturkan dia melakukan operasi penyusupan dan menggunakan paspor Korea Selatan di Taiwan.
Tahun lalu dia terlibat dalam pemilu Taiwan dan pelaksanaan jajak pendapat untuk pemilihan presiden Taiwan yang akan diadakan pada Januari 2020.
Operasi intelijen Cina ini menggunakan eksekutif media lokal untuk mempengaruhi kampanye pemilu dan mengalahkan kandidat yang tampaknya memusuhi Beijing.
Wang juga berkoordinasi dengan pasukan siber untuk mengubah opini politik, serupa seperti saat Rusia mengintervensi pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016.
“Kerja kami di Taiwan merupakan yang terpenting dari kerja-kerja kami, penyusupan ke organisasi-organisasi media, kuil, dan rakyat jelata,” kata Wang.
Salah satu alasan intelijen Wang mencari suaka ke Australia adalah ketakutan dirinya ditemukan oleh otoritas intelijen Cina yang bekerja mempengaruhi pemilu Taiwan awal tahun 2020.