CakapCakap – Cakap People! Epidemi Ebola yang mematikan di Republik Demokratik Kongo (DRC) ditetapkan sebagai keadaan darurat kesehatan global yang “mendesak”. Demikian diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat,18 Oktober 2019.
Dilansir dari The Jakarta Post, Minggu, 20 Oktober 2019, epidemi Ebola terbaru di Kongo, yang dimulai pada Agustus 2018, telah menewaskan 2.144 orang, menjadikannya wabah virus paling mematikan kedua, setelah pandemi Afrika Barat tahun 2014-2016.
“Status darurat kesehatan masyarakat akan dipertahankan selama tiga bulan tambahan”, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada konferensi pers.
“Penyakit [Ebola] ini tetap menjadi wabah yang kompleks dan berbahaya,” katanya, menyesalkan kurangnya dana.
Status darurat kesehatan global adalah ukuran luar biasa yang telah digunakan oleh WHO sebanyak empat kali: pada 2009 untuk virus flu babi, pada 2014 untuk polio, pada 2014 untuk epidemi Ebola yang menewaskan lebih dari 11.000 di Liberia, Guinea, Sierra Leone dan tahun 2016 untuk virus Zika.
Pekan lalu, direktur Program Darurat WHO, Michael Ryan, menyatakan “optimisme hati-hati” bahwa epidemi terbatas pada wilayah yang lebih kecil.
Kementerian kesehatan di Kongo mengatakan awal pekan ini Ebola telah kembali ke provinsi Ituri di timur laut negara itu setelah hampir 300 hari tanpa ada kasus baru.
“Jumlah kasus telah menurun setiap minggu selama empat minggu terakhir. Tetapi tren yang menggembirakan ini harus ditafsirkan dengan hati-hati,” kata Adhanom Ghebreyesus.
“Area ini adalah area yang sangat kompleks, ini adalah area yang sangat fluktuatif. Kami telah membuat kemajuan yang sangat signifikan, jumlah kasus anjlok.
“Tetapi jika ada insiden ketidakamanan, kita mungkin kehilangan apa yang telah kita dapatkan sejauh ini.”
Sejak wabah Ebola terbaru, vaksin yang dikembangkan oleh Merck Sharp dan Dohme telah digunakan pada lebih dari 230.000 orang.
Pada hari Jumat, 18 Oktober 2019, vaksin yang belum dilisensikan, menerima lampu hijau dari The European Medicines Agency (EMA) dalam langkah menuju komersialisasi.
Vaksin eksperimental kedua yang diproduksi oleh anak perusahaan Belgia, Johnson & Johnson akan diperkenalkan pada bulan November, menurut pejabat medis Kongo.
Dikutip dari laman Alodokter, Ebola adalah penyakit akibat infeksi virus mematikan, yang bisa menyebabkan demam, diare, serta perdarahan di dalam tubuh penderitanya. Hanya 10% penderita Ebola yang selamat dari infeksi virus ini.