CakapCakap – Cakap People! Nusa Tenggara Timur (NTT) tak hanya menyimpan banyak wisata alam dengan keindahan pantainya, tetapi juga budaya yang menawarkan sensasi wisata yang berbeda dan menarik. Salah satunya ada di wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya.
Desa Adat Ratenggaro di Umbu Ngedo, Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, bisa menjadi pilihan tujuan wisata kamu jika ingin berlibur atau ingin menjelajah Indonesia bagian Timur.
Saat memasuki kawasan Desa Adat Ratenggaro, kamu akan disambut dengan deretan kuburan batu besar yang mirip menhir dengan ukiran aksara kuno.
Seorang warga Kodi Bangedo, Samuel, mengatakan bahwa keberadaan kuburan yang berjejer itu sesuai dengan nama desa adat tersebut.
“Ratenggaro terdiri dari kata Rate yang berarti kuburan dan Garo yang artinya orang-orang Garo,” kata Samuel pada Kamis, 3 Oktober 2019, seperti dikutip dari ANTARA.
Desa Adat Ratenggaro, terletak di dekat bibir pantai wilayah Desa Umbu Ngedo. Letaknya sekitar 40 kilometer dari Tambolaka, ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya. Belum ada moda transportasi umum untuk mencapai Desa Adat Ratenggaro. Kamu yang ingin ke sana, harus menyewa kendaraan dari Tambolaka.
Jangan khawatir, akses jalanan dari Tambolaka menuju Ratenggaro cukup baik, kondisi jalan sudah beraspal dan terpelihara baik sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 1,5 hingga 2 jam saja.
Samuel menjelaskan ada sekitar 300-an kuburan batu di kawasan sebelum memasuki Desa Adat Ratenggaro. Adapun di dekat Pantai Ratenggaro ada tiga kuburan yang dianggap keramat.
“Itu adalah kuburan sesepuh desa adat. Sebab itu makamnya besar-besar dan ukirannya bagus,” kata dia.
Ketika memasuki Desa Adat Ratenggano yang berudara sejuk meski matahari bersinar terik itu, kamu akan langsung disuguhkan pemandangan rumah-rumah adat dengan bentuk yang unik. Deretan rumah adat bernama “Uma Kelada” itu tertutup jerami dengan tinggi rendahnya atap dibuat berdasarkan status sosial.
Deretan rumah di Desa Adat Ratenggano di Sumba adalah rumah panggung yang terdiri dari empat tingkat, dengan ciri atap rumah dibuat begitu menjulang dengan tinggi mencapai 15 meter. Lantai paling bawah digunakan sebagai kandang hewan peliharaan, tingkat kedua menjadi tempat tinggal pemilik rumah, dan tingkat ketiga adalah tempat menyimpan hasil panen.
“Tingkat paling atas atau atap adalah tempat untuk meletakkan tanduk kerbau sebagai simbol tanda kemuliaan,” kata Samuel.
Jika kamu ingin berkunjung dan melihat bagaimana kehidupan di Desa Adat Ratenggaro, jangan lupa membawa oleh-oleh untuk anak-anak desa yang akan senang jika diberi biskuit atau permen dan cokelat atau bawa buku cerita.