CakapCakap – Cakap People! Pada umumnya, terbangun dari tidur yang nyenyak karena ingin ke kamar mandi bisa menjadi hal yang menjengkelkan bagi sebagian orang. Namun, pada 26 Mei 2013, hal tersebut justru menjadi keputusan terbaik yang dilakukan seorang Harrison Okene karena berhasil menyelamatkan dirinya dari kematian.
Harrison Okene, 29 tahun, seorang koki berkebangsaan Nigeria yang menjadi satu-satunya orang yang selamat dari kapal the Jacson-4. Kapal yang terbalik akibat dihantam oleh gelombang besar dilautan. Seperti dikutip dalam laman the guardian, sebanyak sebelas anggota kru lainnya meninggal dunia karena kapal tersebut tenggelam sekitar 20 mil (20 km) dari bibir pantai di Nigeria.
https://www.instagram.com/p/BMBIJ0Sh-2Q/?utm_source=ig_web_copy_link
“Kejadian itu terjadi sekitar pukul 5 pagi, aku sedang berada di toilet ketika kapal tiba-tiba berguncang dan tenggelam kedasar laut, hal itu berlangsung sangat cepat.” Ujar Harrison.
Mencoba untuk keluar, Harrison tidak berhasil sampai ke pintu keluar darurat dan hanya bisa melihat 3 orang kru member lainnya terhempas air dan terdorong ketengah lautan sedangkan dirinya harus terdorong masuk ke salah satu toilet kabin lainnya. Dengan hanya menggunakan pakaian dalam, Harrison mencoba berdoa sambil menenangkan dirinya ketika air merembes perlahan di toilet tersebut hingga menyisahkan kurang lebih 4ft persegi udara didalam kabin.
“Semuanya terlihat gelap dan berisik. Aku menangis dan memohon agar Jesus menyelamatkanku, aku berdoa dengan sungguh-sungguh. Aku lapar, haus dan kedinginan dan hanya berdoa agar bisa melihat sedikit cahaya.”
Harrison telah berada sekitar 60 jam dibawah laut, ketika tiba-tiba dirinya mendengar suara orang memalu pada bagian dek kapal. Dirinya percaya, bahwa ada regu penyelamat yang datang. Dia lalu mencoba mengetuk dinding kapal disekitarnya agar memberi tanda bahwa ada orang yang selamat dari kejadian naas tersebut. Tapi Harrison yakin, mereka tidak berhasil mendengarnya.
Tak lama kemudian, Harrison melihat cahaya muncul dari head lamp salah satu regu penyelamat yang menyelam pada lorong yang jauh dari kabin tempatnya berada. Sayangnya, penyelam tersebut menyelam dengan cepat melewati area dimana Harrison berada. Harrison pun memutuskan untuk menyelam mendekati seorang regu penyelamat tersebut.
“Aku turun ke air dan menyentuh penyelam itu. Dia terlihat kaget dan ketakutan sehingga aku mundur dan memberikan tangganku kedepannya, kemudian mencoba menggenggam tangannya sehingga dia tahu kalau aku masih hidup.” Jelas Harrison.
Harrison lalu membawa penyelam itu ke kabin tempatnya bertahan hidup.
“Kenapa dan bagaimana kabin itu tidak terisi penuh oleh air masih menjadi pertanyaan semua orang. Menurutku, ‘seseorang’ sedang menjaga Harrison selama ini” Jelas Paul MacDonald, salah seorang petugas dalam kapal penyelamat yang menulis di laman Facebook miliknya.
Ketika Harrison berhasil ditemukan, banyak kecemasan muncul jika saja Harrison akan mengalami panik selama proses penyelamatan, sedangkan tubuhnya kemungkinan sudah menyerap Nitrogen dengan jumah yang fatal.
“Hatinya tidak akan bisa memompa (saat berada di daratan) karena sudah penuh dengan gas,” Ujar Christine Cridge, direktur medis dari Diving Diseases Research Centre yang berbasis di Plymouth, yang saat itu menjadi penasehat dalam regu penyelamat.
Harrison kemudian diikat kedalam peralatan penyelam, kemudian diarahkan ke lonceng selam yang akan membawanya kepermukaan, dimana dia akan menghabiskan waktunya di dalam ruang dekompresi selama 2 hari.
“Untuk bisa bertahan hidup selama itu pada kedalaman itu merupakan suatu hal yang fenomenal. Biasanya, orang hanya menyelam pada kedalaman tersebut saat melakukan rekreasi tidak lebih dari 20 menit dalam kedalam tersebut.” Jelas seorang trainer konsultan dari Asosiasi Professional Instruktur Penyelam
Meskipun saat ini Harrison masih sering mengalami mimpi buruk, tapi trauma yang didapatkannya paska kejadian yang menimpa dirinya itu sedikit demi sedikit dia atasi dengan berkumpul dengan istri tercinta dan menyantap makanan favoritnya. Dia pun berencana untuk menulis buku dari pengalaman yang dia alami.