in ,

Keren! Mahasiswa Indonesia Bisa Kelola Limbah Baterai Mobil Listrik

UGM memiliki prosesnya, tapi masih dalam skala kecil

CakapCakap – Era kendaraan listrik sudah masuk ke Indonesia. Namun, Cakap People perlu ketahui, industri kendaraan listrik bukan hanya soal pengadaan mobil listrik atau sepeda motor listrik saja. Selain itu, juga dibutuhkan kesiapan infrastruktur penunjangnya. Bahkan, juga perlu pula dipikirkan industri hilir, salah satu terkait dengan baterai kendaraan listrik yang sudah mencapai batas usia pemakaiannya dan berakhir menjadi limbah berbahaya. Hingga kini, memang belum ada investor.

Pengelolaan limbah baterai mobil listrik sudah bisa dilakukan di Indonesia, yang dikembangkan oleh UGM. Via kompas.com

Namun, ternyata mahasiswa Indonesia sudah bisa mengelola limbah baterai mobil listrik. Dalam pengembangan mobil listrik yang dilakukan pemerintah bersama sejumlah perguruan tinggi negeri, salah satunya terkait dengan pengelolaan limbah baterai lithium yang digunakan. “Sudah jadi. Dulu dibentuk Molina (mobil listrik nasional) itu, lima universitas, yakni UGM, ITS, ITB, UNS, UI itu dibagi masing-masing tugasnya. Kebetulan untuk recycling baterai, pemurnian baterai ada di UGM,” jelas Yoga Uta Nugraha, salah seorang engineering kendaraan listrik ITS, seperti yang dimuat Detik.com.

Meski begitu, kemampuan yang dimiliki memang belum dalam jumlah besar, karena tentunya saja akan membutuhkan investasi yang lebih besar. “Jadi UGM udah memiliki prosesnya lah, meskipun skala masih kecil, tapi dia memiliki fasilitas untuk pemurnian lithium itu. Jadi sebenarnya udah bisa itu, tinggal nanti diskalakan aja,” kata Yoga lagi menambahkan informasi terkait kesiapan UGM itu.

Namun, kemampuan pengelolaan limbah baterai mobil listrik oleh UGM ini masih dalam skala kecil. Via inews.id

Masih menurut Yoga, sisa baterai pada kendaraan listrik sebenarnya tidak langsung menjadi limbah. Setelah kemampuannya berkurang untuk penggunaan kendaraan listrik, baterai lithium masih sangat bermanfaat sebagai medium penyimpanan daya. Setelah proses tersebut, barulah baterai listrik itu akan melewati proses pemurnian kembali, sehingga akan bisa digunakan lagi untuk kendaraan listrik.

“Jadi, katakan baterai itu bertahan tiga tahun, itu bukan berarti habis. Itu dari kapasitas 100 persen ke 80 persen. Sisanya itu digunakan untuk static load, untuk energy storage yang statik kaya UPS (Uninterruptible Power Supply). Renewable energi kan gak perlu kapasitas bagus, untuk backup aja itu bisa digunakan. Jadi prosesnya setelah kendaraan listrik, untuk energy storage, baru nanti akan di-recycle,” tutup penjelasan Yoga. Wah, keren juga mahasiswa Indonesia ya, Cakap People!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Trik Memasak Cumi Agar Tidak Alot dan Tetap Lezat Dinikmati

Cermati 4 Tanda Awal Kehamilan yang Sering Tidak Disadari Berikut