CakapCakap – Era kendaraan listrik di Indonesia sudah dimulai. Cakap People bisa melihat sendiri kini setiap perusahaan otomotif mulai menjual mobil listrik, dan masyarakat pun juga sudah semakin paham kelebihannya sebagai kendaraan ramah lingkungan. Tak hanya sebagai mobil keluarga, mobil listrik juga akan mulai diadopsi untuk kendaraan massal, berupa bus listrik. Bahkan, TransJakarta pun sudah siap untuk segera beralih ke bus listrik, setelah mereka kini sudah memiliki beberapa armada.
Menurut Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Agung Wicaksono, TransJakarta saat ini masih terus melakukan kajian untuk beralih kepada bus listrik. Namun, masih ada beberapa kendala yang harus mereka hadapi, terutama lulus uji tipe untuk mendapat izin transportasi umum dari Kementerian Perhubungan. “Pertama, memang intinya adalah kita perlu pelat kuning. Supaya bus kbisa berjalan di jalan raya dan mengangkut penumpang, maka butuh pelat kuning,” jelasnya di laman Detik.com.
Masalah untuk lulus uji tipe, beberapa armada bus listrik milik TransJakarta dari luar negeri memiliki dimensi berbeda dengan yang di Indonesia. “Ada satu ketentuan juga mengenai persyaratan dimensi kendaraan. Untuk bus besar, saat ini ketentuannya 2,5 meter. Kebetulan bus yang ada itu beda 5 cm. Dan ini barang baru, di Indonesia belum ada unit bus listrik ini, demi masa depan yang lebih hijau. Andaikan sebuah toleransi kebijakan bus dengan ukuran hanya lebih 5 cm bisa uji coba, maka akan sangat mempermudah, mempercepat bus listrik ini bisa melantai di jalan raya,” ungkap Agung lagi.
Masalah lainnya adalah pajak Bea Masuk dan BBN-KB. Agung berharap pajak Bea Masuk dihapuskan pada periode tertentu, termasuk PPN, PPnBM dan PPh. Begitu pula dengan nilai BBN-KB penyerahan pertama untuk angkutan umum nol persen, dari nilai semula untuk pelat kuning antara 30-50 persen tarif BBN-KB. Tujuannya untuk membuat harga jadi terjangkau, dan juga akan merendahkan nilai sewa operasional TransJakarta. “Kalau ini dibebaskan, maka harga bus listrik yang harganya dua kali lipat itu akan bisa lebih murah untuk bisa didatangkan,” kata Agung melanjutkan keterangannya itu.
Selain itu, Agung juga berharap PLN bisa memberikan insentif tarif listrik saat armada bus listriknya mengisi ulang baterai, dikutip dari laporan lain di laman Detik.com. Dia menginginkan tarif murah yang berlaku tidak hanya pada pukul 22.00 – 05.00 WIB, agar dapat mengurangi biaya operasional sehingga bisa menekan nilai sewa operasional. Bagaimana menurut Cakap People?