in ,

Aturan Baru, Thailand Melarang Seragam Sekolah yang Ketat dan Minim

Aturan baru tersebut bertujuan untuk mengendalikan tren seragam sekolah yang dimodifikasi hingga terlihat ketat dan rok lebih pendek di kalangan siswa perempuan

CakapCakapCakap People! Memodifikasi seragam sekolah adalah hal yang biasa dilakukan oleh para siswa di Singapura. Meski hal itu melanggar peraturan sekolah, namun tidak ada teguran dari guru dan pemeriksaan langsung dari sekolah saat mengenakan seragam sekolah dengan rok yang minim, celana yang ketat atau melipat lengan baju.

Tetapi, hal itu berbeda dengan yang dihadapi para siswa di Thailand. Kini, ada sebuah aturan baru di Thailand, dimana memodifikasi seragam sekolah menjadi lebih ketat atau rok menjadi lebih pendek dianggap sebuah kejahatan.

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Dilansir dari AsiaOne, Kamis, 5 September 2019, Undang-Undang Perlindungan Anak Thailand tahun 2003 telah diperbaharui dan diumumkan pada Jumat, 30 Agustus 2019. Dalam Undang- Undang tersebut menetapkan bahwa seragam sekolah harus dipakai sesuai aturan. Segala bentuk pakaian yang tidak senonoh juga dilarang.

Aturan baru tersebut bertujuan untuk mengendalikan tren seragam sekolah yang dimodifikasi hingga terlihat ketat dan rok lebih pendek di kalangan siswa perempuan, demikian laporan thaiexaminor.com.

Namun, dalam aturan tersebut tidak ada pedoman mengenai apa yang dimaksud dengan pakaian “cabul”.

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Di bawah Undang-Undang yang baru tersebut, orang tua atau wali murid yang anaknya melanggar aturan, bakal didenda hingga THB 30.000, atau sekitar Rp 13 juta. Selain itu, mereka yang melanggar juga bahkan bisa mendapat hukuman penjara.

Undang-Undang Perlindungan Anak tahun 2003 di Thailand ini terakhir kali diperbaharui pada tahun 2005. Ironisnya, Kementerian Pendidikan Thailand mengatakan bahwa peraturan baru tersebut sesuai dengan era dan masyarakat yang lebih modern.

Langkah Kementerian Pendidikan Thailand untuk meningkatkan regulasi seragam sekolah ini justru terjadi pada saat negara-negara lain mengizinkan siswa lebih banyak memiliki kebebasan dan menentukan pakaian mereka sendiri.

Ilustrasi. (Foto: Unsplash).

Penelitian juga telah menunjukkan bahwa insiden kekerasan seksual tidak ada hubungannya dengan apa yang wanita kenakan. Gagasan bahwa wanita lebih cenderung dilecehkan secara seksual atau diserang jika mereka berpakaian minim hanyalah mitos belaka.

Namun demikian, pakaian wanita terus menjadi kebijakan yang tidak proporsional dan perjuangan melawan aturan berpakaian yang seksis dan menindas terus berlanjut.

One Comment

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 Nutrisi Kedelai yang Penting Bagi Kesehatan Ini Jarang Disadari

Beli Tiket Hanya Untuk Mengantar Sang Istri, Pria Ini Ditahan Polisi di Bandara Changi Singapura