CakapCakap – Cakap People! Kita mengenal Generasi Milenial atau yang juga disebut sebagai Generasi Y, adalah mereka yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997. Kelompok ini disebut milenial karena satu-satunya generasi yang pernah melewati milenium kedua sejak teori generasi ini diperkenalkan pertama kali oleh Karl Mannheim pada tahun 1923.
Melihat perjalanan waktu berdasarkan hal tersebut, Milenial saat ini sudah masuk masa dewasa muda, yang ditandai dengan berbagai peran yang saat ini mereka ambil, baik itu yang sudah mulai mapan dalam pekerjaan, baru mulai bekerja atau baru lulus kuliah.
Nah, menghadapi hal-hal baru, Milenial dikatakan cenderung mudah stres yang membuat orang beranggapan bahwa generasi ini adalah generasi yang baperan alias bawa perasaan. Benarkah demikian? Mari kita simak penjelasan Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, yang berpraktik di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, seperti dilansir dari laman Woman Talk berikut ini:
Menurut psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., ciri khas generasi milenial adalah mereka sangat menghargai diri sendiri dengan sangat tinggi. Apa pun yang bagus buat diri sendiri, dikejar dan dikerjakan. Kalau tidak, ditinggalkan.
Sikap seperti ini lahir karena pola asuh dari orang tuanya juga yang datang dari generasi baby boomers yang lahirnya di tahun 50-an. Karena kehidupan mereka sebelumnya sangat susah, ketika kemudian mapan dan memiliki anak, segala kebutuhan anak dipenuhi dan diberikan yang terbaik. Efeknya pada anak-anak mereka yang masuk dalam kategori generasi milenial ini, mereka pun berpikir harus menjadi yang terbaik dan mendapatkan yang terbaik.
Generasi milenial juga biasanya menerapkan moto life balanced. Jadi, menurut Vera, jangan heran jika melihat generasi milenial di dunia pekerjaan jadi agak pemilih. Mereka mengutamakan kehidupan bekerja dan aspek lainnya harus seimbang. Mereka sangat memerhatikan kesehatan dan wellness.
“Mereka sering berpikiran kalau jam kerja terlalu lama, nanti tidak sempat gaul, tidak sempat olahraga, atau, menjalankan salah satu kesukaan mereka, travelling.”
Di sisi lain, karakteristik generasi milenial lainnya adalah sebagai dampak kemajuan teknologi, pergaulan mereka menjadi worldwide, tidak sebatas nationwide. Mereka pun cepat dan terbiasa menerima sesuatu hal baru. Mereka tidak kaget dan berani mencoba.
“Padahal tidak ada jaminan dalam mencoba hal baru, orang menyesal atau tidak menyesal. Saat orang berkata, ‘Cobain deh! Lo gak akan menyesal.’ Itu juga bukan jaminan karena tiap orang berbeda-beda. Penyesalan sebaiknya dilihat sebagai bagian dari perjalanan saja, part of the journey,” terang Vera yang berpraktik di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia.
Penyesalan sebaiknya dilihat sebagai bagian dari pembelajaran. Pada saat orang menyesal, ia pasti belajar dari penyesalan dan tidak akan mencoba lagi. Vera menyebutkan pada saat seperti itu, orang cenderung baper dan berkutat pada kegagalan. Padahal, seharusnya move on.