in ,

Kisah Haru Korban Selamat Penembakan Christchurch di Selandia Baru yang Diundang Raja Salman Untuk Haji

Suara Omar terdengar terbata-bata ketika dia berbicara tentang kematian putranya.

CakapCakapCakap People! Ketika Maryam Gul yang berusia 31 tahun menatap Ka’bah minggu ini, itu adalah saat yang penuh kedamaian. Ia merasakan dunia yang jauh dari masjid Linwood di Christchurch, Selandia Baru tempat ibu, ayah dan saudara lelakinya ditembak mati secara brutal awal tahun ini.

“Saya pikir saya sedang melihat sebuah simbol, simbol perdamaian. Sebuah simbol Tuhan. Dia ada di sini,” ucap Gul.

Dari kiri ke kanan, Taj Mohammed, Rashid Omar dan Maryam Gul, yang telah melakukan perjalanan dari Selandia Baru ke Mekah minggu ini untuk melaksanakan ibadah haji.

Gul adalah satu dari 200 orang yang tiba di Mekah, Arab Saudi dari Christchurch minggu ini untuk melakukan haji tahunan, yang dimulai pada hari Jumat. Mereka selamat dari serangan teror penembakan bulan Maret 2019 di dua masjid Christchurch serta kerabat mereka yang tewas dalam penembakan.

51 orang terbunuh dalam serangan penembakan oleh seorang pria kulit putih nasionalis bernama Brenton Tarrant saat mereka sedang menunaikan sholat Jumat.

Raja Arab Saudi Raja Salman mengundang secara khusus para korban selamat tersebut dan biaya ditanggung, pada bulan Juli. Wawancara CNN dengan jamaah Christchurch di Mekah ini difasilitasi oleh Pusat Komunikasi Internasional kerajaan.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Saudi, Menteri Urusan Islam Abdullatif bin Abdulaziz Al-Sheikh mengatakan perjalanan yang dibiayai negara itu adalah bagian dari upaya kerajaan untuk “menghadapi dan mengalahkan terorisme dan teroris.” Korban dan kerabat korban di Christchurch mengatakan bahwa ziarah telah menjadi sarana penyembuhan dari kekerasan yang mengubah hidup mereka.

“Perasaan saya lebih tenang sekarang. Saya lebih teratur. Saya tidak lagi dalam kekacauan. Saya tidak lagi dalam suasana hati yang buruk,” kata Gul. “Saya lebih tenang sekarang. Saya lebih berkonsentrasi untuk melakukan dan menyebarkan perdamaian.”

Jauh dari Christchurch, Selandia Baru

“Itu adalah hari yang sangat istimewa,” kata Taj Mohammed, 47 tahun, mengingat saat ia menerima undangan untuk menunaikan haji. “Saya sangat senang.”

Mohammed adalah korban selamat yang ditembak di kaki tiga kali di masjid al-Noor di Christchurch. Karena lukanya, ia harus melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah dengan menggunakan tongkat (kruk) atau di kursi roda.

Dia mengatakan pengalaman spiritual telah meringankan penyakitnya dan mengisinya dengan rasa kesyukuran dan terima kasih. “Tidak mudah datang ke sini untuk menunaikan haji,” kata Mohammed.

Taj Mohammed, 47 tahun, harus menggunakan tongkat (kruk) atau di kursi roda saat thawaf mengelilingi Ka’bah karena luka di kakinya yang mendapatkan tiga kali tembakan.

Melaksanakan ibadah haji adalah wajib bagi setiap Muslim yang secara fisik dan finansial mampu untuk melakukan perjalanan. Hampir 2 juta jamaah haji telah tiba di Arab Saudi untuk ibadah haji tahun ini, menurut otoritas Saudi.

Bagi jamaah Muslim di Selandia Baru, dengan jarak sekitar 9.500 mil dari Mekah, perjalanan ini sangat sulit. “Ini perjalanan seumur hidup. Ini perjalanan impian. Saya tidak percaya saya di sini,” kata Rashid Omar, 51 tahun, seorang tukang listrik kelahiran Singapura dari Christchurch.

Omar mengatakan dia tidak berencana untuk menerima undangan Raja Salman karena istri dan anak-anaknya tidak dapat bergabung dengannya. Tetapi istrinya akhirnya membujuk dan mendorongnya untuk melakukan perjalanan haji ini.

“Kami terkejut karena kami belum siap,” kata Omar, mengingat saat keluarganya menerima undangan untuk pergi haji. “(Kami pikir) ‘siapa yang akan menjaga anak-anak, siapa yang akan pergi?”

Dia sedang melakukan doa untuk putranya, Tariq Omar, 34 tahun, yang ditembak dan dibunuh di Christchurch.

“Saya mencari ketenangan pikiran, untuk cara spiritual saya sendiri,” kata Omar. “Saya hanya ingin membuat doa khusus untuk putraku, Tariq, dan juga keluargaku.”

Suara Omar terdengar terbata-bata ketika dia berbicara tentang kematian putranya. “Dia berada di masjid ketika dia ditembak,” kata Omar. “Kami tidak mengetahuinya sampai beberapa hari kemudian … Aku benar-benar berharap ini akan menyembuhkan diriku sendiri dan seluruh keluargaku.”

Sebuah foto penghormatan untuk korban penembakan di masjid Christchurch Tariq Omar terletak di tengah karangan bunga di seberang jalan dari masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru Selasa, 19 Maret 2019. (AP Photo/Mark Baker)

Korban selamat datang bersama-sama

Untuk kelompok Christchurch di Mekah, perjalanan tidak hanya menawarkan penyembuhan secara spiritual, tetapi juga kesempatan untuk berkumpul dan berbicara dengan orang-orang, berbagi tragedi yang mereka alami.

“Sangat baik (untuk bersama). Kita dapat berbicara satu sama lain. Kita dapat berbicara tentang perasaan kita tentang bagaimana semuanya mempengaruhi kita,” kata Omar. “Ini proses penyembuhan untuk diriku sendiri.”

Kelompok itu berbicara tentang perjuangan individu mereka, harapan mereka untuk masa depan, bagaimana iman mereka telah mendukung pemulihan mereka dari peristiwa serangan penembakan yang memilukan itu. Mereka bahkan mendiskusikan pikiran mereka tentang pelaku penyerangan itu sendiri.

“Saya berdoa untuk pelaku penembakan agar dia mendapatkan petunjuk bahwa Islam bukan agama kebencian. Ini agama damai,” kata Gul, yang berada di Mekah bersama empat anaknya, termasuk bayi yang baru lahir.

Dia telah merencanakan untuk pergi Haji bersama orang tuanya, tetapi penembak Christchurch itu telah menghancurkan semuanya.

“Saya telah memaafkan orang itu. Saya benar-benar bisa memaafkannya atas apa yang telah dilakukannya. Jika dia bertobat,” kata Gul. “Saya bisa memaafkannya. Saya ingin dia menjadi orang yang lebih baik juga.”

Gul telah berada di Mekah sejak Senin, khusyuk dalam ibadah dan refleksi tentang kerabatnya yang telah tiada. Ia mengatakan bahwa dirinya merasakan kehadiran mereka di tempat-tempat suci bersamanya.

“Mereka bersama saya sepanjang waktu. Saya berbicara dengan mereka. Saya memberi tahu mereka ‘oh, ibu, saya di sini di Mekah – saya telah diundang,'” kata Gul. “Saya berpikir pada diri saya sendiri bahwa mungkin mereka juga ada di sini, melakukan doa-doa mereka. Mungkin jiwa mereka ada di sini.”

“Saya sudah memaafkannya,” kata Maryam Gul, 31, tentang pelaku penembakan Christchurch.

Dalam sebuah pesan kepada Raja Salman, dia menambahkan: “Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah Saudi yang telah mengundang dan membawa kami ke sini untuk mengalami perjalanan ini. Saya berdoa agar mereka berbuat lebih baik dan membawa lebih banyak orang yang mengalami kepiluan hati di sini.”

Selain menyembuhkan luka batin, memohon pengampunan dunia dan akhirat, kerabat korban Christchurch juga mendoakan yang lain dan seluruh orang di dunia ini agar dijauhkan dari rasa sakit akibat terorisme.

“Tujuan utama saya adalah – selain memenuhi rukun Islam kelima (ibadah haji) – adalah permohonan, doa ‘bahwa tindakan kekerasan dan aksi terorisme ini tidak akan pernah terjadi lagi di mana pun  dan kepada siapa pun,” kata Omar.

“Sangat menyakitkan ketika keluarga almarhum, melihat orang yang dicintainya pergi. Tidak peduli apa ras atau agama kita. Kita menderita dan merasakan hal yang sama.”

3 Comments

Leave a Reply

3 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

  3. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Untuk Pertama Kalinya, Inilah Kereta Api Berkecepatan Tinggi yang Disediakan Arab Saudi Selama Musim Haji

Syahrul Yasin Limpo Shalat Idul Adha Berdampingan dengan Rektor UNM