in

Inilah Menu Makanan yang Dikonsumsi Para Astronot di Luar Angkasa

Setiap astronot NASA, selalu diberikan sarapan lezat sebelum mereka terbang.

CakapCakap – Menjalankan misi luar angkasa, itu berarti para astronot butuh makanan berkualitas tinggi. Tapi, bagaimana caranya, ketika di luar angkasa itu tidak ada kompor atau air panas?

Yuk, simak tulisan menarik Richard Hollingham di laman BBC Future, Selasa, 9 Juli 2019 berikut ini:

Setiap astronaut NASA sejak Alan Shepard tahun 1961 selalu diberikan sarapan lezat sebelum terbang. Semua makanan sebelum penerbangan Apollo khusus disiapkan mengandung nutrisi, kalori dan yang terpenting adalah apa yang oleh dokter disebut sebagai “makanan residu rendah”.

Eugene A. Cernan sedang makan saat misi Apollo 17 pada tahun 1972. (Foto: NASA)

Dengan kata lain, menunya harus berupa makanan rendah serat yang tidak membuat astronaut ingin segera mencari toilet setelah lepas landas.

Misi-misi awal juga membatasi asupan kopi sebelum peluncuran, karena kopi bersifat diuretik. Penerbangan Alan Shepard di Misi Merkuri, misalnya, hanya 15 menit sehingga dokter memperkirakan dia tak perlu buang air kecil sampai lepas landas. Sayangnya, mereka tidak memperhitungkan keterlambatan penghitungan mundur.

“Mereka menempatkan Alan Shepard di roketnya tanpa cara untuk buang air kecil,” kata reporter Jay Barbree, yang mengomentari misi itu untuk saluran TV AS, NBC.

“Setelah dua jam, dia mulai mengeluh dan mati-matian minta izin untuk buang air kecil di setelan astronautnya. Akhirnya mereka memberinya izin.” Astronaut itu pun lega, tetapi sensor medis menjadi tak terkontrol.

Astronaut yang terbang di pesawat Apollo memakai perangkat pengumpul urin pribadi, seperti kondom, yang terhubung ke sistem pembuangan. Sistem itu kemudian mengeluarkan limbah dari porta di sisi pesawat ruang angkasa.

Untuk buang air besar, astronaut harus menggunakan kantong plastik, sehingga sebagian besar astronaut berusaha menghindari keharusan pergi ke toilet selama mungkin. Yang pertama harus melakukannya ketika misi Apollo 7 adalah Walt Cunningham.

“Sulit membuat semuanya berfungsi dengan baik,” katanya kepada saya. “Pengalaman yang tidak terlalu menyenangkan.”

Unit rehidrasi yang digunakan pada misi Space Shuttle NASA, terlihat pada tahun 1982. (Foto: NASA)

Konsumsi 2.800 kalori sehari

Orang Amerika pertama yang makan di luar angkasa adalah John Glenn. Selama lima jam penerbangannya, ia menguji tabung (agak mirip tempat pasta gigi) berisi apel yang dihaluskan. Ini membuktikan bahwa orang bisa menelan dan mencerna makanan di ruang hampa.

Untuk misi Gemini yang berisi dua orang pada pertengahan 1960-an, para astronaut diberi jatah 2.500 kalori sehari. Mereka mengkonsumsi paket makanan kering-beku terbungkus plastik yang diproduksi oleh Whirlpool Corporation (perusahaan peralatan rumah tangga).

Pengeringan beku artinya makanan dimasak, dibekukan dengan cepat dan kemudian dihangatkan perlahan di ruang vakum untuk menghilangkan kristal es yang muncul karena pembekuan.

Para astronaut menyemprotkan air melalui semacam selang untuk membasahi makanan menjadi semacam adonan dan menguleni adonan itu menjadi semacam bubur lengket kental.

Makanannya lebih enak daripada makanan tabung di Merkurius, dengan menu lezat seperti daging sapi dan saus, tetapi airnya dingin, sehingga menurunkan nafsu makan.

Pada misi Gemini 3 pada tahun 1965, John Young menciptakan skandal kecil dan satu-satunya cacat pada karir astronotnya yang patut diteladani.

Skandal itu adalah menyelundupkan roti lapis daging kornet di penerbangannya. Maksudnya bercanda, tapi lelucon itu mengancam pesawat ruang angkasa dengan masalah serius, yaitu kekhawatiran bahwa remah-remahnya akan mengganggu sirkuit pesawat.

Selama misi Apollo, ketika para astronaut bisa melakukan latihan terbatas dalam kapsul dan berjalan di Bulan, ahli gizi NASA meningkatkan asupan kalori menjadi 2.800.

Tidak hanya makanannya yang enak, selang air yang dipasok dari sel bahan bakar pesawat ruang angkasa bisa mengalirkan air panas dan dingin. Makanan tidak hanya bisa disedot melalui sedotan tapi para astronaut bahkan bisa makan beberapa di antaranya dengan sendok.

Paket makanan untuk digunakan pada penerbangan Gemini-3; daging sapi pot dehidrasi, bacon dan potongan telur, roti panggang, jus jeruk dan lap basah. Air dimasukkan ke dalam kantong makanan kering. (Foto: NASA)

Permen, biskuit dan kue nanas

Ruang makan pesawat ruang angkasa Apollo penuh dengan makanan ringan. Ada enam porsi kue nanas, ada paket brownies, kue cokelat, dan permen jeli rasa buah. Camilan gurihnya berupa kerupuk keju dan snack daging sapi BBQ. Astronaut Apollo bahkan diberi 15 bungkus permen karet, masing-masing berisi empat permen.

Makan malam di Apollo 17 pada umumnya terdiri atas nasi ayam, puding butterscotch dan Graham Cracker. Minumannya ada kopi instan, teh, cokelat atau air lemon.

Misi sejak Apollo 15 hingga seterusnya juga membawa “makanan batangan penuh nutrisi” yang kurang menarik. Pendahulu nutrisi batang yang kita kenal hari ini, diposisikan di bagian depan helm astronaut selama moonwalk, di samping tabung minum.

Cara ini membuat para astronaut tetap bisa makan dan minum (air atau minuman rasa buah) selama ekspedisi mereka di permukaan bulan.

Meskipun makanan mereka bervariasi dan kalori ditingkatkan, hampir setiap astronaut kehilangan berat badan selama misi. Neil Armstrong turun 4 kg selama penerbangan Apollo 11-nya. Selama Apollo 13, komandan Jim Lovell kehilangan 6 kg, sebagian karena dehidrasi akibat penjatahan air.

Sejak Apollo, makanan di luar angkasa terus membaik. Para astronaut saat ini mengonsumsi makanan yang hampir normal meskipun mereka masih mengidam buah dan sayuran segar, suguhan langka yang hanya tersedia beberapa waktu setelah kapal pembawa pasokan berlabuh.

Paket makanan yang terdiri dari daging sapi dan saus, siap untuk dimakan, yang digunakan pada pesawat ruang angkasa Gemini-Titan 4 pada tahun 1965. Seorang astronot akan memeras makanan melalui pembukaan di sisi kanan paket dan disusun kembali dengan pistol air. (Foto: NASA)

Alkohol di luar angkasa

Hari Natal 1968, dan kru Apollo 8 baru pulang dari Bulan. Mereka dikejutkan dengan paket ransum khusus dari kepala korps astronot, Deke Slayton.

Di dalamnya ada hidangan Natal lengkap: dengan kalkun, saus cranberry, dan tanpa harus direhidrasi.

“Itu adalah jenis kemasan makanan baru yang belum pernah kami alami sebelumnya,” kata komandan misi Frank Borman.

“Kami menyantap makanan terbaik dalam penerbangan pada Hari Natal. Saya benar-benar senang menikmati kalkun, saus, dan semuanya.”

Tapi Slayton masih punya kejutan lain. “Dia juga menyelundupkan tiga gelas brandy untuk kami,” kata Borman. “Tapi kami tidak meminumnya.”

“Jika ada apa-apa, kami tidak ingin disalahkan karena minum brandy. Jadi kami membawanya pulang,” kata dia. “Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan brandy saya. Mungkin sekarang sudah jadi barang berharga.”

Alkohol telah dikonsumsi di ruang angkasa-dalam jumlah kecil oleh kosmonot Rusia di stasiun ruang angkasa awal mereka. Namun, alkohol dilarang di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Bahkan sejumlah kecil alkohol saja dapat merusak sistem air yang rumit di stasiun, yang menampung air dari keringat dan urin astronaut.

Astronot NASA Karen Nyberg dengan makanannya saat berada di ISS pada 2013. (Foto: NASA).

Makanan siap microwave

Dalam daftar panjang manfaat program luar angkasa bagi umat manusia, makanan siap saji adalah salah satunya.

Tanpa Apollo, oven microwave yang kita miliki di dapur atau makanan siap saji yang dikonsumsi jutaan orang setiap hari, mungkin tidak akan pernah dikembangkan. Ya, benar. Apollo berkontribusi pada epidemi obesitas global.

Ketika Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins kembali dari Bulan dan diangkut dengan kapal USS Hornet, mereka menghabiskan beberapa hari pertama mereka di Mobile Quarantine Facility (MQF) untuk melindungi dunia dari segala kemungkinan penyakit dari Bulan.

Meskipun MQF dilengkapi dengan kursi-kursi yang nyaman, ranjang, toilet, dan pancuran, hanya ada ruang yang terbatas untuk memasak.

Tanpa ruang untuk oven atau pemanggang konvensional, dan untuk meminimalkan bahaya kebakaran, NASA mencari solusi inovatif.

“Ini adalah oven microwave meja asli, yang dikembangkan untuk program Apollo,” kata Bob Fish, pengurus Hornet, yang sekarang dilestarikan sebagai museum di Oakland di California.

“NASA pergi ke Litton Industries yang mengembangkan oven gelombang mikro raksasa dan meminta mereka mengecilkannya sehingga bisa masuk ke dalam tempat seperti ini,” kata Fish.

“Jadi, mereka mengecilkannya. Ketika pertama kali orang-orang mencobanya, mereka meletakkan beberapa telur di dalamnya, dan menyalakannya. Telur langsung meledak karena mereka tidak mengecilkan kekuatannya, tapi hanya menyusutkan ukurannya.”

Setelah kesulitan awal ini, microwave terbukti menjadi penemuan besar yang memungkinkan para astronaut memanaskan makanan beku tiga kali sehari. Ini termasuk sarapan, iga sapi dan bahkan lobster. Makanan penutup termasuk es krim, pai pecan dan roti ceri.

Begitu para astronaut diterbangkan ke Houston dan dipindahkan (masih di bawah karantina) ke Laboratorium Penerima Bulan, makanan mereka meningkat lagi.

Mereka bisa makan makanan yang baru dimasak, di meja yang ditutup linen putih bersih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Menteri Susi Tantang Mark Zuckerberg Lomba Paddle dengan Hadiah 10 Persen Saham Facebook

Kesehatan Mental Meningkat Jika Perempuan Berhenti Total Minum Alkohol