in ,

Bahasa Indonesia Masuk Kurikulum Wajib Murid Sekolah Dasar (SD) di Taiwan

Semua murid SD di Taiwan diwajibkan pelajari salah satu dari tujuh bahasa Asia Tenggara, salah satu di antaranya adalah Bahasa Indonesia

CakapCakap – Mulai Agustus 2019, semua murid sekolah dasar di Taiwan diwajibkan untuk mempelajari salah satu dari tujuh bahasa Asia Tenggara, di antaranya adalah bahasa Indonesia.

Mengutip BBC News Indonesia, Kementerian Pendidikan Taiwan, tujuh bahasa yang bisa dipilih untuk dipelajari adalah bahasa Indonesia, bahasa Vietnam, bahasa Thailand, bahasa Myanmar, bahasa Kamboja, bahasa Melayu, dan bahasa Tagalog. Selain itu, murid-murid juga bisa mempelajari bahasa Hokkien, Hakka, atau bahasa asli suku di Taiwan.

Untuk mengajarkan bahasa-bahasa ini, kementerian sudah menggelar pelatihan untuk 2.000 guru paruh-waktu.

Foto: CNA

Liu Qian Ping, salah satu anggota komite penilai buku pelajaran bahasa-bahasa Asia Tenggara di Taiwan mengatakan,  kebijakan Taiwan yang mewajibkan murid-murid SD belajar satu dari tujuh bahasa negara-negara Asia Tenggara, bisa memerangi stereotipe di Taiwan bahwa ‘bahasa-bahasa Asia Tenggara tidak ada gunanya’.

Menurut Liu, tujuan belajar bahasa Asia Tenggara satu kali dalam sepekan, memang tidak serta-merta membuat murid SD mahir. Tapi, ditambahkannya bahwa dengan mewajibkan murid-murid SD mempelajari bahasa kaum migran, mereka bisa memahami konsep multibahasa, multietnis, dan masyarakat multibudaya di Taiwan

Sementara itu, Kimyung Keng, pria kelahiran Indonesia yang merupakan warga migran generasi kedua di Taiwan, menambahkan, dimasukkannya bahasa-bahasa Asia Tenggara ke dalam kurikulum nasional adalah sikap penghormatan terhadap warga migran.

Asisten Profesor dari Universitas Feng Chia ini menuturkan kepada BBC Chinese bahwa diskriminasi adalah sikap prasangka yang dipengaruhi lingkungan luar. Biasanya sikap itu muncul saat seseorang terpapar pengaruh sosial di sekolah menengah. 

Karenanya, diskriminasi pada tingkatan sekolah dasar jarang terjadi. “Dengan kekuatan negara untuk menekankan pentingnya budaya baru imigran, diskriminasi akan berkurang secara drastis.”

Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Berdasarkan situs Museum Sejarah Taiwan, jumlah pernikahan transnasional di Taiwan meningkat pesat pada 1990-an lantaran kemajuan industri ekonomi Taiwan.

Kondisi ini membuat arus migran yang berdatangan ke Taiwan mengalir deras sehingga mengubah kehidupan sosial di sana.

Kini, satu dari sembilan murid SMP lahir dari orang tua migran. Jumlah pelajar dari keluarga migran generasi kedua di Taiwan berjumlah 300.000 orang atau 7% dari jumlah siswa dari berbagai tingkatan sekolah. Jumlah migran di Taiwan saat ini melampaui 540.000 orang.

Orang Tua Murid Masih Khawatir

Meski sejumlah pakar menilai kebijakan ini menyoroti kemampuan Taiwan dalam menerima budaya kaum migran, tapi sejumlah orang tua justru khawatir bahasa Inggris dan bahasa asli Taiwan, seperti Hakka dan bahasa suku di pulau tersebut dikesampingkan.

Asisten Profesor dari Universitas Feng Chia, Kimyung Keng menyanggah pandangan para orang tua murid yang masih khawatir.

Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Menurutnya, kurikulum baru hanya memberikan pilihan lebih banyak kepada murid. “Bahasa Taiwan dan Hakka tidak akan dikesampingkan dari kurikulum.”

Kimyung Keng menambahkan bahwa dalam lima tahun terakhir ekonomi Asia Tenggara berkembang sehingga mempelajari bahasa negara-negara kawasan itu bisa meningkatkan daya saing.

Di Universitas Feng Chia, misalnya, mata kuliah bahasa Indonesia diikuti 50 mahasiswa tahun lalu. Semester mendatang mata kuliah tersebut dibuka untuk dua kelas berisi 100 mahasiswa.

BBC NEWS INDONESIA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Begini Cara Sederhana Mendekorasi Rumah Bergaya Minimalis!

Sudah 6 Mobil Baru Rilis ‘World Premiere’ di GIIAS, Tahun 2019 Ada Apa?