CakapCakap – Cakap People! Jika tiba-tiba menemukan sebuah dompet berisi uang di dalamnya tergeletak di pinggir jalan, apa yang akan kamu lakukan?
Teori ekonomi klasik menyebutkan karena kepentingan diri sendiri, besar kemungkinan kita akan mengambil dompet itu. Tidak berusaha mencari pemiliknya untuk dikembalikan.
Namun sebuah penelitian baru yang dilakukan di 40 negara justru mengungkap hal yang sebaliknya. Ternyata kebanyakan di antara penemu dompet sebenarnya lebih jujur dari yang diperkirakan. Paling tidak dalam usaha mengembalikan dompet yang ditemukan itu kepada pemiliknya.
Mengutip ABC, Sabtu 22 Juni 2019, sebuah penelitian dengan cara “sengaja menjatuhkan” sekitar 17 ribu dompet di 335 kota di seluruh dunia menyimpulkan, lebih besar kemungkinan orang mengembalikan dompet uang berisi uang dibandingkan dompet yang kosong.
Bukan itu saja, semakin banyak uang dalam dompet tersebut semakin besar kemungkinannya dikembalikan.
Laporan penelitian yang diterbitkan di jurnal Science, Jumat 21 Juni 2019 menjelaskan, sekelompok orang menyerahkan dompet yang mereka temukan kepada staf di bank, kantor pos, museum atau tempat lainnya.
Dompet-dompet itu ada yang kosong, dan juga ada yang berisi uang setara Rp 150 ribu, daftar belanjaan, dan tiga kartu nama dalam bahasa di negara masing-masing sehingga penemunya bisa mengembalikan dompet tersebut.
Penelitian itu mengatakan warga di 38 dari 40 negara cenderung mengembalikan dompet yang berisi uang di dalamnya.
“Hal itu tidak kami duga sebelumnya,” kata ekonom Alain Cohn dari University of Michigan di Amerika Serikat.
Dalam penelitian lapangan di tiga negara, Dr Cohn dan timnya menemukan bahwa ketika jumlah uang dalam dompet dinaikkan menjadi sekitar Rp 1 juta, maka jumlah yang mengembalikan dompet naik 18 persen.
Jadi apa yang terjadi?
Menurut Dr Cohn ada dua faktor untuk menjelaskan hasil temuan penelitian ini.
“Yang pertama sikap altruisme, sikap perduli dengan orang lain, meski orang itu tidak kita kenal,” katanya.
Pendapat ini diperkuat dengan penemuan bahwa dompet yang berisi kunci akan lebih mungkin dikembalikan dibandingkan dompet yang tidak berisi kunci. Karena kunci menjadi bahan berharga bagi pemiliknya, sementara bagi penemunya tidak berarti apapun, kata Dr Cohn.
Namun sikap peduli bukan satu-satunya penjelasan. Survei menunjukkan bahwa kita tidaklah ingin dilihat sebagai orang yang tidak jujur.
“Semakin banyak jumlah uangnya, semakin khawatir mereka dengan pandangan orang lain – semakin sulit untuk meyakinkan diri sendiri bahwa kita orang baik kalau tidak mengembalikannya.”
Perbedaan antarnegara
Penelitian ini dilakukan di 40 negara untuk melihat apakah ada perbedaan perilaku warga di masing-masing negara.
Indonesia termasuk salah satu negara yang diteliti dan hasilnya ada perbedaan nyata antar negara.
Peneliti melakukan pemeringkatan berdasarkan jumlah dompet kosong yang dikembalikan, dan Swiss berada di tempat pertama dengan 74 persen warga mengembalikan dompet yang ditemukan.
“Saya tidak akan bisa menyimpan dompet milik orang lain yang saya temukan.” kata Dr Cohn, yang juga berasal dari Swiss.
“Saya tidak pernah kehilangan satu barangpun dalam hidup saya, bahkan permen karet sekalipun.”
Dalam jumlah dompet yang berisi uang yang dikembalikan, hanya dua negara yang menunjukkan penurunan jumlah yang mengembalikan dibandingkan dompet kosong.
Juga ada penemuan menarik. Di Australia 69 persen warga mengembalikan dompet yang berisi uang, sementara di Amerika Serikat jumlahnya hanya 57 persen.
Dr Cohn mengatakan tabel yang ada menggambarkan bahwa tingkat kejujuran sebuah negara tergantung kepada tingkat pendidikan dan tingkat kekayaan warganya.
Dalam tabel ‘kejujuran’ ini Indonesia berada di peringkat 33 dari 40 negara dengan 17 persen mengembalikan dompet kosong dan 32 persen mengembalikan dompet yang berisi uang.
Indonesia lebih baik dari negara lain seperti Uni Emirat Arab, Malaysia, Kenya, Kazaksthan, Peru, Maroko dan China.
China berada di peringkat paling rendah dengan 7 persen mengembalikan dompet kosong dan 22 persen mengembalikan dompet berisi uang.
Negara-negara Eropa seperti Swiss, Norwegia, Belanda, Denmark dan Swedia berada di peringkat lima teratas. Australia berada di peringkat 12.
Source: ABC