in

6 Riset Kesehatan Senilai 37 Miliar Kerjasama Indonesia-Inggris

CakapCakap – Salah satu cara untuk mengentaskan problem pendidikan di Indonesia adalah partisipasi pemerintah dalam memberikan akses pendidikan yang baik bagi anak negeri. Jika Cakap People mendengar banyak sekali beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah untuk calon mahasiswa yang ingin berkuliah di luar negeri, ternyata salah satu cara lain yang pemerintah tempuh adalah kerjasama dengan negara lain dalam pembiayaan riset dalam negeri. Hal ini yang saat ini dilakukan oleh Kemristekdikti RI. Kementerian yang berkecimpung dalam urusan Riset dan Perguruan Tinggi di Indonesia ini baru saja bekerjasama dengan Inggris dalam pendanaan riset yang mencapai harga yang fantastis.

Kerjasama yang dijalin melalui Program Newton Fund ini mendanai total 6 (enam) penelitian kesehatan senilai Rp. 37 Miliar. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Mohammad Nasir menjelaskan bahwa Indonesia sejak tahun 2015 sudah menjalin kerjasama riset dengan Newton Fund. Kerjasama ini sejak awal sudah terfokus dibidang kesehatan, dengan nilai pendanaan yang menguntungkan bagi pengembangan riset yang dilakukan. Tahun ini, pendanaan riset akan difokuskan pada 6 peneliti Indonesia yang akan berkolaborasi dengan peneliti asal Inggris, selama masa pengerjaan 3 tahun kedepan. Secara umum, riset ini diharapkan dapat menghasilkan inovasi di bidang kesehatan atau obat-obatan mutakhir.

Universitas di Indonesia dapatkan Kerjasama Riset
https://asset.kompas.com/crop/0x68:1000×568/780×390/data/photo/2019/04/15/78167467.jpg

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Muazzam Malik, menyampaikan selamat kepada 6 peneliti Indonesia yang terpilih dan mendapatkan pendanaan ini. Dia bahkan juga memprediksikan bahwa keenam riset ini tidak hanya akan menghasilkan pengetahuan baru, tetapi juga menghasilkan terobosan untuk keberlangsungan kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia.

Keenam ide kolaborasi yang didanai oleh Newton Fund adalah berasal dari kerjasama antara universitas di Indonesia dan di Inggriis. Pertama, adalah rise tantara Universitas Indonesia dan Edinburgh Napier University yang bertujuan untuk menguji molekul cathelicidins yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh manusia. Hipotesa yang sudah dirilis oleh peneliti adalah kemungkinan molekul tersebut yang bisa dimodifikasi untuk memerangi demam berdarah. Riset kedua adalah antara Universitas Hasanuddin dan University of Saint Andrews. Riset ini berujuan untuk memahami peran interaksi binatang dan manusia dalam penyebaran penyakit menular, misalnya malaria. Kemudian riset ketiga adalah antara Universitas Katolik atma Jaya dan University of Chelsea, yang menyelidiki pencegahan HIV yang inovatif.

Kerjasama Pendanaan Riset Pendidikan - Newton Fund
https://asset.kompas.com/crop/0x85:1107×638/780×390/data/photo/2019/05/13/1114588542.jpeg

Sementara riset keenam, adalah antara Universitas Padjajaran dan The London School of Hygiene and Tropical Medicine yang meneliti proses control TBC dan mengidentifikasi penyakit ini sejak dini. Riset ketujuh adalah antara Universitas Gadjah Mada dan University of Liverpool, yang menyelidiki pemakaian peralatan molekuler yang bisa meningkatkan diagnosa penderita infeksi otak di Indonesia. Terakhir, riset yang dilakukan antara Universitas Indonesia dan University of Manchaster yang membahas tentang pengujian diagnosa penyakit aspergillosis yang selama ini dkenal sebagai proses penyembuhan yang mahal dan membutuhkan peralatan khusus.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Setelah Kaum Bumi Datar, Muncul Penganut Teori Bumi Bentuknya Mirip Donat

Jangan Lupa! Buka Jendela Tiap 1 Jam Selama Mudik Naik Mobil