CakapCakap – Aplikasi chatting WhatsApp diblokir di Indonesia sejak tanggal 22 Mei 2019 lalu, meski hanya pada beberapa fitur saja, terutama untuk pengiriman foto dan video. Pemerintah Indonesia memutuskan melakukan pemblokiran ini untuk mencegah penyebaran informasi hoax terkait unjuk rasa penolakan hasil Pemilihan Presiden 2019. Cakap People tentu sudah merasakan sendiri dampak dari pemblokiran sejumlah fitur WhatsApp tersebut, bahkan sempat tidak bisa mengirim pesan teks.
Sebagian pengguna smartphone pun memilih beralih untuk menggunakan aplikasi chatting lainnya, Telegram, meski hanya sementara. Pendiri sekaligus CEO Telegram Pavel Durov langsung bersuara, dan memperingatkan pengguna WhatsApp bahwa aplikasi itu sebenarnya tidak akan pernah benar-benar aman. Pernyataannya itu muncul terkait kerentanan yang memungkinkan peretas menginstal spyware pada ponsel melalui WhatsApp. Durov pun mengungkapkan masalah utama kelemahan keamanan WhatsApp tersebut, yang menurutnya akibat Facebook tidak mau berbagi kode sumber.
“Tidak seperti Telegram, WhatsApp bukan open source, jadi tidak ada cara bagi peneliti keamanan untuk dengan mudah memeriksa apakah ada backdoors dalam kodenya. WhatsApp juga tidak mau mempublikasikan kodenya, mereka melakukan hal yang sebaliknya,” ucap Durov. WhatsApp dengan sengaja mengaburkan biner aplikasi mereka untuk memastikan tidak ada yang bisa mempelajarinya secara menyeluruh. Menurut Durov, beberapa kali hacker berhasil menembus enkripsi WhatsApp.
Namun, pada titik tertentu itu sebenarnya lebih buruk karena WhatsApp sendiri hanya mengaktifkan enkripsi pada tahun 2012 lalu, di mana berarti sebelumnya jaringan seluler dan admin WiFi memiliki akses ke pesan teks. Bahkan, Durov mengatakan ada kemungkinan WhatsApp mengikuti permintaan pemerintah AS yang menempatkan pengguna dalam posisi kompromi. WhatsApp dan perusahaan induknya, Facebook mungkin telah diminta mengimplementasikan backdoors melalui proses rahasia.
“Tidak mudah menjalankan aplikasi komunikasi yang aman di AS. Seminggu dihabiskan tim kami di AS pada tahun 2016 untuk mencegah tiga upaya infiltrasi FBI. Bayangkan apa yang dapat terjadi 10 tahun di lingkungan itu terhadap perusahaan yang berbasis di AS,” pungkas Durov menambahkan. Hingga saat ini, WhatsApp belum memberikan tanggapan atas tudingan dari bos Telegram tersebut. Jadi, Cakap People mau tetap menggunakan WhatsApp atau akan beralih selamanya pada Telegram?