Bagi para lelaki, putus cinta dan sakit hati mungkin terlalu biasa. Bahkan karena kerap terjadi, rasa sakit yang dirasa pun tak berbekas lagi. Tapi bagi para wanita, tak semudah itu melupakan apa yang ada lho Cakap People. Tak semudah itu mencari mimipi lagi yang sudah terlanjur melekat di hati mereka. Bayangan masa lalu yang terlanjur hinggap bisa jadi masih tersisa entah sampai berapa tahun lagi.
Inilah alasan-alasan mengapa banyak perempuan yang merasa lebih sulit move on daripada lelaki yang dengan mudahnya menemukan tambatan hati baru.
1. Proses jatuh cinta yang mereka rasakan lebih lama dan lambat dibanding cowok, mereka menggunakan hati dan pikiran sebelum benar-benar siap menerima.
Para perempuan memang lebih lambat merasakan jatuh cinta dibanding lelaki yang dengan mudah merasakan getaran saat bertemu dengan lawan jenisnya. Mereka selalu menganggap “biasa” segala perhatian yang kalian berikan dulu saat pertamakali pendekatan itu terjadi.
Bahkan, kalian yang sudah jelas menyatakan perasaan saja, masih mereka timbang terlebih dahulu. Jujur, mereka tak ingin terjebak dalam hubungan yang melenakan yang berujung pada rasa sakit yang mungkin dulu pernah mereka rasakan.
2. Perhatian yang kalian berikan, kebaikan yang mereka rasakan, dan segala penghormatan itu membuat mereka terseret hingga menuju tempat yang paling nyaman.
Selama berpacaran, ada banyak hal-hal baru yang mereka rasakan. Ada sejumput kebahagiaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya dengan kaum kalian pada masa lalu. Tapi entah kenapa saat mereka menjalin hubungan kali ini, semuanya terasa lebih indah. Tapi haruskah keindahan itu tergagalkan dan tergantikan dengan sakit hati lagi?
Lelaki, sadarkah kalian sudah terlanjur membuat mereka nyaman?
3. Jalanan yang sepi dan kenangan yang pernah kalian rasa bersama, membuat semua ini lebih menyakitkan lagi
Bagi mereka para wanita, semua kenangan yang pernah kalian rasakan masih terkenang hingga kini. Semua perhatian dan bingkisan saat mereka berulangtahun, merayakan hari jadian hingga kado wisuda pun masih ada di almari dan terkunci rapi.
Sesekali mereka tengok benda-benda itu, dan ternyata masih ada. Dan parahnya, perasaan yang sama itu juga masih sesekali menyelinap di hati mereka. Sayangnya, mereka tak yakin kalian masih merasakannya.
4. Bukan mereka ingin mengumbar dan membicarakan sakit yang seharusnya tersimpan rapi di hati, tapi semua itu adalah ekspresi dari rasa sakit yang mereka rasakan
Mungkin mereka dianggap terlalu berlebihan dalam mengungkapkan rasa sakit hati. Status di media sosial, berbicara dengan banyak kawan, menangis dan merenungi diri, serta mengutuk diri sendiri adalah tak lebih dari perwakilan rasa sakit yang terlalu dalam.
Jujur mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan saat harus mengalaminya lagi. Bahkan mereka pun masih ingat semua perasaan itu saat mereka sudah menemukan sang pengganti. [ED/RM]
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!