in ,

Yuk Mengenal Decacorn, Era Baru Startup Dunia!

CakapCakap – “Welcome to The Unicorn Club.” Istilah itu pertama kali dikemukakan oleh Aileen Lee, pendiri Cowboy Venture, dalam artikelnya di laman techcrunch.com pada 2013 lalu. Lewat artikel tersebut, saat itu juga istilah unicorn hadir. Di Indonesia, belakangan istilah yang sama juga makin hangat diperbincangkan masyarakat.

Unicorn yang dimaksud tak didefinisikan secara harfiah sebagai hewan mitologi berwujud kuda putih dengan tanduk dan sayap, melainkan istilah yang digunakan dalam dunia startup.

Shutterstock

Cakap People! Unicorn merupakan tingkat lanjutan startup dari segi valuasi. Dalam dunia startup, unicorn berarti perusahaan rintisan milik swasta yang memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 13 triliun.

Menurut hasil riset cbinsights.com tentang startup, per Januari 2019 terdapat 310 perusahaan rintisan berstatus unicorn. Di Asia Tenggara sendiri hingga saat ini ada 7 startup yang menyandang status unicorn, 4 di antaranya merupakan startup asal Indonesia.

Shutterstock

Dari unicorn ke decacorn

Ternyata selain unicorn, masih ada lagi tingkatan dalam dunia startup. Decacorn, menjadi istilah yang digunakan untuk startup ditingkat selanjutnya.

Istilah itu diperkenalkan oleh bloomberg.com tahun 2015 untuk menggambarkan startup yang nilai valuasinya 10 kali lipat lebih besar dari startup unicorn, atau sekitar 10 miliar dollar AS.

Melansir data cbinsights.com per Januari 2019 ada 20 startup yang kini menyandang gelar decacorn. Startup asal Amerika mendominasi daftar tersebut dengan beberapa startup asal Eropa dan Asia.

Menariknya, ada satu startup asal Asia Tenggara yang berhasil menembus level decacorn baru-baru ini, tepatnya pada 2018. Startup tersebut adalah Grab.

Instagram @grabid

Perusahaan rintisan bermarkas di Singapura ini memulai perjalanan mereka pada 2012 sebagai aplikasi ride-hailing dengan layanan GrabTaxi.

Seiring dengan waktu, Grab semakin berkembang menjadi superapp dengan menambahkan berbagai layanan, seperti GrabBike, GrabFood, GrabExpress, GrabFresh, dan masih banyak lagi.

Semua layanan tersebut membuat Grab menjelma menjadi pemimpin pasar Asia Tenggara untuk segmen ride-hailing yang menjangkau 336 kota di 8 negara Asia Tenggara tahun 2018. Adapun aplikasinya telah diunduh lebih dari 138 juta kali.

Sementara itu, di Indonesia sendiri, Grab memulai perjalanannya sejak 2014. Kini setelah lima tahun, layanan Grab telah menjangkau 222 kota di Indonesia.

Melansir artikel di laman fastcompany.com, baru-baru ini, selama tahun 2018 Grab berhasil mencatatkan pendapatan sebesar 1 miliar dollar AS dan mampu meraup dana segar lebih dari 3 juta dollar AS.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Google dan Temasek pada November 2018 lalu, dalam 3 tahun terakhir perusahaan tersebut berhasil menarik investasi bernilai lebih dari 10 miliar dollar AS. Jumlahnya pun diprediksi akan mencapai angka 28 miliar dollar AS pada 2025.

Shutterstock

Seorang juru bicara dari Grab mengatakan, investasi tersebut akan digunakan untuk pengembangan aplikasi Grab sebagai superapp dan melanjutkan investasi di Indonesia.

“Kami akan menggunakan investasi tersebut untuk mendukung visi Grab menjadi aplikasi super harian terkemuka di Asia Tenggara, memperluas bisnis pengiriman makanan, pembayaran dan layanan keuangan, sambil melanjutkan investasi kami di Indonesia,” ucap dia, seperti dilansir dari businessinsider.sg, Selasa (20/11/2018).

Dengan semua pencapaian tersebut, tak heran jika di tahun 2019 Grab berhasil menjadi startup Asia Tenggara pertama yang meraih status Decacorn.

Source : Kompas

2 Comments

Leave a Reply

2 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bikin Pizza Jamur Jagung Sendiri yuk, Simpel dan Anti Ribet!

Perhatian! BMKG Peringatkan Adanya Potensi Bencana Hidrometeorologi Selama Sepekan