“Saya menyatakan perasaan ke Istri saat itu dan diterima. Akhirnya berlanjut. Istri menerima segala kekurangan saya dan keterbatasan saya yang seorang Tuna Netra.” – Muh. Sangkala Alimuddin Dg Sangkala, 44 tahun, Wiraswasta, Jeneponto.
CakapCakap – Ungkapan Jawa ; “witing tresno jalaran soko kulino” dan Makassar ; “mula mangngai nasaba’ napakabiasa”, tepat untuk menggambarkan dua hati Daeng Sangkala, 44, dan Asni Daeng Je’ne, 30. Cinta mereka tumbuh karena terbiasa. Begitulah ungkapan lama. Kisah mereka bermula ketika terbiasa saling bertemu, saling menyapa dan ngobrol bersama.
“Awal pertemuannya, dia sering datang ke rumah. Setelah sholat Dzuhur, dia biasanya mampir ke rumah, ngobrol bareng Ibu saya. Begitulah pendekatan awal yang dilakukannya,” kata Asni mengawali ceritanya saat bertemu Cakap Team yang bertandang ke rumahnya di Kelurahan Bontotangnga, Kecamatan Tamalatea Kab. Jeneponto.
Apa yang paling membahagiakan dari cinta? Adalah ketika pasangan impian benar-benar nyata hadir di sana. Pun Alimuddin adalah yang diidamkan Asni Daeng Je’ne. Keterbatasan yang dimiliki Alimuddin tak menyurutkan hatinya.
“Saya menyukai dia yang rajin sholat. Agamanya bagus dan bukan perokok. Itulah yang saya inginkan. Dan semua ada padanya.”
Bak gayung bersambut, pendekatan yang dilakukan oleh Alimuddin lewat sang Ibu, tak sia-sia.
“Saya sering bertemu dan memang sudah menyukainya dari awal dengan Istri saya ini. Dan ternyata istri saya mau terima saya apa adanya yang memiliki keterbatasan ini,” ujar Alimuddin.
Ia mengaku pertama kali bertemu istrinya tahun 2015. Selama rentang dua tahun melakukan penjajakan sebelum akhirnya mereka melangsungkan pernikahan.
“Saya menyatakan perasaan ke Istri saat itu dan diterima. Akhirnya berlanjut. Istri menerima segala kekurangan saya dan keterbatasan saya yang seorang Tuna Netra,” kata Alimuddin.
Untuk kebutuhan hidup, keduanya kini mengelola sebuah toko sembako. Terkadang, Alimuddin juga tak sungkan menjadi tukang pijat ketika ada yang membutuhkan jasanya.
“Setelah menikah, alhamdulillah rejekinya lancar dan selalu mensyukuri apa yang ada,” Alimuddin menutup obrolan.
Keduanya telah menikah pada 1 Januari 2018 dan telah dikarunia seorang bayi laki-laki bernama Muh. Nur Fajri Alfarizi, yang kini berusia lebih 3 bulan. Ini merupakan pernikahan kedua bagi Asni Daeng Je’ne.
Cinta memang serupa dengan misteri. Ia hadir tiba-tiba tanpa memandang siapa dan rupa. Ia semakna rasa yang hanya bisa dirasa. Ia berlabuh sesuka yang dikehendaki hati.
“Hadiah terbesar yang dapat kamu berikan kepada orang lain, khususnya pada pasangan adalah karunia cinta tanpa syarat. Cinta yang penuh penerimaan.“ – Brian Tracy.
Reporter : Muizzu ‘Dion’ Khaidir
Fotografer : Muizzu ‘Dion’ Khaidir
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Bagaimanakah Pandangan Seorang Disabilitas di Mata Hukum dan Masyarakat ? - CakapCakap