Buat kamu orang Sulawesi Selatan, sudah patutnya kamu berbangga diri, lho. Baru-baru ini UNESCO menetapkan kapal pinisi sebagai Warisan Budaya Tak-Benda. Keputusan ini diresmikan di sebuah pertemuan resmi PBB di Pulau Jeju, Korea Selatan. Dengan ditetapkannya keputusan ini, bertambah pulalah deretan warisan budaya dunia yang dimiliki Indonesia. Arti lain dari keputusan ini adalah mata internasional sudah benar-benar mengerti apa itu kapal pinisi. Bagaimana dengan kamu? Seberapa tahu kamu soal kapal pinisi, gaes?
Sebagai kapal tradisional, kapal pinisi dimiliki oleh Suku Bugis dan Suku Makassar. Hanya dua suku ini yang berhak mengklaim kapal pinisi sebagai milik mereka. Umumnya kapal pinisi memiliki dua layar utama dan tujuh buah layar: tiga di ujung depan, dua di depan, dan sisanya di belakang. Fungsi paling mendasar kapal yang konon pertama dibuat di Bulukumba ini adalah untuk keperluan non-militer, tepatnya untuk berdagang. Siapapun pasti paham kalau Suku Bugis adalah pelayar tangguh dan kuat dalam urusan perdagangan.
For your information, nih, gaes, kapal pinisi disinyalir sudah digunakan jauh hari sebelum tahun 1500an. Dari untaian sejarah yang berhasil dihimpun, kapal pinisi yang paling pertama banget dibuat oleh Sawerigading, yang tak lain adalah Putera Mahkota Kerajaan Luwu. Tujuannya tak lain adalah menggunakan kapal ini untuk berlayar menuju Cina guna melamar We Cudai, seorang putri Cina yang terkenal kecantikannya.
Misi itu pun berhasil, dan bahkan Sawerigading menetap di Cina dan baru pulang setelah beberapa tahun. Menggunakan perahu yang sama, Sawerigading pun kembali ke Sulawesi. Tragedi terjadi ketika ia hendak memasuki perairan Luwu. Kapalnya diterjang gelombang besar hingga terbelah menjadi 3 (tiga) bagian yang terdampar di Desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-lemo. Adalah masyarakat ketiga adat itulah yang lalu meracik pecahan kapal tadi menjadi perahu yang lalu diberi nama Pinisi.
Keunikan kapal pinisi salah satunya terletak pada digunakannya sistem tali-temali dan layar sekunder. Mungkin itulah yang membuat kapal pinisi tangguh sehingga bisa berlayar hingga ke Madagaskar segala. Sementara itu, kapal pinisi memiliki banyak filosofi, dari pembuatan hingga penggunaannya. Proses pembuatannya, misalnya, mewakili spirit dan nilai dalam kehidupan sehari-hari seperti kerja keras, kerja tim, ketelitian, keindahan dan penghargaan terhadap alam dan lingkungan.
Nenek moyang kita benar-benar keren, ya, gaes.****