in

Jomblo Millenial Dihantui Fenomena “Singlism”, Apa Itu?

CakapCakap – Para jomblo zaman sekarang pasti pada takut saat ditanya tentang pasangan atau bahkan pertanyaan menakutkan semacam “Kapan nikah?”. Keadaan single tanpa pasangan ini sering jadi bulan-bulanan dan bentuk ejekan yang basi di sekitar kita. Fenomena ejekan dan kondisi inilah yang dinamakan “Singlism“. Cakap People perlu tahu bahwa kondisi ini merupakan sebuah diskriminasi yang melukai para jomblo di luar sana yang merasa tak berarti saat tidak memiliki pasangan atau belum laku.

Istilah Singlism ini dipopulerkan oleh Psikolog Sosial dari Harvard, Bella DePaulo, Ph.D yang menekankan pada stigma orang dewasa pada orang yang masih single yang mencakup stereotip negatif dan perlakuan diskriminatif karena tidak memiliki pasangan.

Perbincangan tentang status single jadi momok persahabatan via https://www.purewow.com/wellness/what-is-singlism

Padahal kondisi ini sebenarnya telah dibantah oleh para peneliti dalam buku DePaulo, “Singled Out: How Singles Are Stereotyped, Stigmatized, and Ignored, and Still Live Happily Ever After” yang mengatakan beberapa orang terlalu fokus pada manfaat pernikahan dan bahaya hidup melajang yang terlalu dibesar-besarkan. Ya memang biasanya yang mengejek jomblo adalah orang sudah memiliki pasangan, dan orang yang bertanya “kapan nikah” biasanya sudah menikah. Padahal belum tentu yang sudah berpasangan atau sudah menikah mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik daripada orang yang jomblo.

Seperti yang dilansir dari PureWow, menurut DePaulo, kita bisa tidak menyinggung seseorang dengan tidak melulu menanyakan soal pernikahan atau soal pasangan. Desakan seperti kapan punya pacar, kapan menikah, kenapa single, bisa benar-benar bikin orang jengkel atau malah itu bukanlah prioritas hidup yang harus dipikirkan saat ini. Bisa jadi ada banyak pencapaian lain dalam hidupnya yang lebih penting ketimbang menikah atau memiliki pasangan.

Fenomena Singlism yang menjengkelkan via https://www.msn.com/id-id/berita/other/mengenal-singlism-istilah-baru-di-kalangan-milenial/ar-BBMxEXm?li=AAv06fi

Jadi untuk menghindari lebih banyak lagi jomblo yang mengalami Singlism ini, Cakap People perlu menyadari bahwa kebahagiaan tidak diukur dari punya pasangan atau belum atau telah melangsungkan pernikahan. Takaran kebahagiaan tentu berbeda dan jomblo tentu merasa bahagia dengan caranya sendiri tanpa harus menekannya dengan pertanyaan dan ejekan bernada “Nggak laku”. Yuk Cakap People saling menjaga perasaan agar para jomblo tidak lagi mengalami Singlism ini. [ED/ YN]

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

One Comment

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Peringkat 1 Dunia! Ternyata Segini Kekayaan Duet Marcus-Kevin

Wahai Anak Kos, Jangan Mie Melulu! Coba Ragam Menu Murah dan Mudah ini