“Saya tahu bahwa negara saya telah berbohong untuk memulangkan kami. Tapi Kami hanya tetap bersabar menunggu hingga Irak benar-benar merdeka.” — Akhmad, 33 Tahun, Imigran.
CakapCakap — “Kami hanya datang dengan tangan kosong. Saat pertama kali ke Makassar, Saya kerap kali jatuh sakit tanpa makan apapun.” Akhmad, seorang pria asal Irak yang telah genap 4 tahun tinggal di Makassar, rela berpisah dengan sanak keluarga demi menyambung hidup.
“Irak masih penuh dengan perang sampai saat ini. Yang saya lihat hanyalah perang setiap hari, saya bahkan dapat mengetahui jika itu suara dari bom. Ini membuat hidup kami di Irak begitu sulit, hingga saya tiba di Makassar,” ungkapnya saat ditemui Tim CakapCakap.com di Karebosi pada hari peringatan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 17 Agustus 2018.
Akhmad, harus rela dititipkan oleh Irak di Indonesia bersama beberapa warga Irak. Tak hanya itu, warga Irak juga tersebar di berbagai negara. Sejumlah warga Irak, termasuk Akhmad dikirim tanpa memiliki identitas.
“Orang tua saya kewarganegaraan Irak, tapi saya lahir di Iran. Ini menyulitkan saya, karena kedua negara tersebut tidak mengakui identitas Saya.” lanjut Akhmad. Hal ini terjadi karena Irak melihat bahwa Akhmad yang lahir di Iran adalah warga Iran. Namun, Iran melihat bahwa kedua orangtua Akhmad berkewarganegaraan Irak hingga ia merasa putus asa hidup tanpa memiliki identitas.
“Saya sudah mencoba hingga ribuan kali namun saya tetap tidak bisa memiliki identitas bahkan hingga saya berada di negara lain.” Akhmad juga mengaku bahwa dirinya hanya dapat bersekolah hingga menengah atas karena terhambat dengan identitas yang tidak dimilikinya. Hingga saat ini, dirinya pun sulit untuk bekerja tanpa identitas.
Warga Irak juga harus selalu beradaptasi dengan lingkungan baru setiap saat, tak tanggung-tanggung mereka dikirim tanpa persediaan cadangan untuk melangsungkan hidup. Pria kelahiran 1985 ini, harus mampu bertahan bersama warga Irak yang lain tanpa persediaan apapun. “Saya datang ke Indonesia tanpa uang. Hingga 4 tahun saya dapat bertahan hidup dengan cara apapun, Saya diberitahu bahwa akan kembali dikirim ke negara lain.”
Tentu saja, Akhmad setiap saat menunggu kabar baik di Irak untuk membawa mereka pulang bersama dengan keluarga. Namun, hasilnya tetapi nihil. Tidak ada kabar baik sama sekali kecuali dikirim kembali sebagai imigran.
“Ini hari kemerdekaan Indonesia, dan saya turut berbahagia atas kemerdekaan Indonesia. Orang Indonesia terutama di Makassar sangat membantu kami sebagai imigran untuk tetap bersabar dan berjuang hingga Irak benar-benar merdeka.” Ungkap Akhmad turut mengucapkan selamat atas Indonesia. Ia sangat berterima kasih tentang segala penghargaan dan penghormatan yang diberikan pada warga Irak sebagai imigran di Makassar.
Hidup selama 33 tahun tanpa memiliki identitas itu cukup berat bagi Akhmad. Tidak banyak yang Ia dapat lakukan sebagai imigran di negara lain. Semoga kisah Akhmad bisa menjadi renungan untuk kita bisa bersyukur dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan lebih baik lagi sebagai bukti terima kasih kita pada Pahlawan dan Para Pendahulu yang berjuang merebut serta mempertahankannya. [Vania Ismail]
“Saya turut bahagia atas kemerdekaan Indonesia. Karena orang-orang Indonesia sangat menghargai satu sama lain tanpa memandang status apapun. Itu membuat kami sebagai imigran dapat kembali berjuang dan terus bersabar menunggu. Saya belajar tentang bagaimana kami sebagai imigran tidak harus merasa putus asa terhadap apapun. Dan saya harap Irak juga akan merdeka secepat mungkin.”