Gorontalo adalah salah satu wilayah di Indonesia yang banyak menyimpan suatu keunikan. Biasanya, warga di Gorontalo akan disibukkan dengan persiapan tradisi unik saat menjelang bulan Ramadan. Persiapan tersebut tampak istimewa. Tampak api yang menyala pada sebuah tungku. Di atas tungku terdapat wajan yang berisi air rebusan dari aneka jenis daun. Uap yang muncul pun menyebarkan bau harum yang semerbak. Ternyata menjelang Ramadan warga setempat memiliki kegiatan khusus seperti ini.
Wewangian ini ternyata akan digunakan untuk mencuci beragam pererlengkapan salat . hal ini jadi ciri khas dari Gorontalo. Langgilo, wewangian khusus dengan bahan-bahan tradisional. Untuk membuat Langgilo diperlukan beberapa bahan seperti kelapa parut, kulit jeruk, nilam, daun pandan, ulu ulu, daun jeruk serta daun kunyit.
Semua komponen bahan itu kemudian direbus menjadi satu hingga akhirnya terciptalah suatu aroma yang sangat khas. Lantas air rebusan bahan-bahan tersebut digunakan untuk mencuci perlengkapan untuk salat. Mulai dari sajadah, mukena serta sarung. Aroma yang timbul dari wewangian tradisional ini tak kalah lho dari pengharum modern.
Tidak hanya Langgilo, ada pula ramuan yang bernama Bongo Yiladu. Bahannya juga hampir sama dengan ramuan untuk membuat Langgilo. Hanya saja, pada Bongo Yiladu tak direbus. Melainkan dengan teknik diasapi pada atasnya bara api. Ketika proses pengasapan sedang berjalan, maka ramuan haruslah ditutupi sampai warnanya berubah jadi kecoklatan.
Bukannya digunakan untuk mencuci alat salat, Bongo Yiladu digunakan untuk keramas layaknya sampo. Dengan ramuan tersebut maka rambut akan menjadi harum. Kedua ramuan tradisional tersebut adalah warisan dari para leluhur yang diturunkan secara turun-temurun. Menariknya, tradisi ini masih dijaga hingga saat ini.
Tradisi itu pun menandakan suka cita para warga untuk menyambut bulan ramadan. Namun sayangnya pengharum tradisional tersebut mulai dilupakan oleh kaum muda lantaran hadirnya produk pengharum yang lebih modern. Meski begitu, tetap saja ada warga yang tetap menjalankan tradisi tersebut. sebut saja salah satunya Sartin Ali. Warga Desa Huntu Selatan ini mengaku hampir tiap tahun membuat wewangian tradiisional tersebut dan membagikannya pada tetangga yang tak sempat membuat sendiri.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!