Pernah menonton film The Martian yang dibintangi Matt Damon, kan? Apa yang membuat film itu menarik bukan hanya karena cara Matt Damon berusaha menyelamatkan diri dari Mars dan kembali ke bumi, lho! Tapi, itu juga menceritakan niatan manusia yang sesungguhnya untuk mempelajari kemungkinan adanya kehidupan di Planet Merah tersebut.
Berbagai inisiatif ilmiah sudah dilakukan dan masih berlangsung hingga detik ini. Nah, artikel ini mengisahkan salah satu fasa rekayasa teknologi yang ditempuh agar manusia bisa hidup di sana. Suka atau tidak, kali ini yang bakal menjadi tokoh utamanya bukan manusia, tapi dua ekor cacing.
Yup, benar sekali. Tepatnya dua ekor anak cacing. Bahkan duo cacing ini dalam keadaan sehat. Baru-baru ini telah lahir dua ekor bayi cacing di seonggok tanah Mars produk simulasi. Namanya saja simulasi ya, jadi bukan asli tanah dari planet tersebut. Memang sih hanya tiruannya saja. Tapi, kondisi tanahnya benar-benar dibuat mirip dengan yang ada di Mars. Bukan cuma kandungan kimia, tapi juga fisiknya.
Ini temuan bersejarah, lho, guys. Bagaimanapun juga, kelahiran dua ekor anak cacing tersebut memberi harapan baru bagi para ilmuwan yang berupaya mencari solusi akan pertanyaan bagaimana nantinya manusia penghuni Mars bakal bercocok tanam di sana.
Sebagaimana dilansir dari Space.com, Wieger Wamelink, seorang ahli biologi dari Wageningen University and Research Centre di Belanda, tengah bereksperimen dengan campuran tanah buatan NASA yang digunakan untuk simulasi tanah Planet Merah itu. Tanah tersebut dibuat dari bebatuan volkano di bumi dan kotoran babi. Pada tanah semacam inilah cacing dewasa ditempatkan untuk diketahui pola perkembangbiakannya.
Penelitian ini penting banget, guys. Ya, kamu pasti tahulah kalau Mars aslinya gak bisa dihuni oleh manusia. So, kalau manusia memutuskan untuk tinggal di sana dalam waktu lama, maka mereka harus membuat apa yang disebut sebagai closed ecosystem models. Bentuknya gak jauh dari sebuah terarium berukuran besar di mana faktor seperti temperatur dan kelembabannya bisa dikontrol.
Nah, menurut pihak Wageningen, ekosistem ini idealnya akan memanfaatkan semua bentuk kotoran hasil metabolisme, termasuk feses manusia dan materi organik yang sudah mati. Dari seonggok kotoran itulah cacing tersebut hidup.
Kelanjutannya pasti sudah bisa kamu tebak. Cacing-cacing ini nantinya akan memecah materi organik yang lalu dilanjutkan oleh bakteri. Proses ini menghasilkan berbagai nutrisi yang penting untuk tanaman, seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Para peneliti di Wageningen juga menemukan kalau lubang-lubang yang digali oleh cacing menggemburkan struktur tanah dan memungkinkan dilewati udara bebas. Gak cuma itu, lubang-lubang tersebut juga mempermudah air untuk menembus tanah dan memberi gizi pada tanaman.
Penelitian ini akan terus berlanjut, guys. Masih banyak yang kudu dicari solusi dan dibuat permodelannya. Salah satunya adalah keberadaan logam berat di tanah Mars, yang berakibat serius pada cacing.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!