in ,

10 Fakta dan Kronologi Kasus Dokter Residen Anestesi PPDS Perkosa Keluarga Pasien Usai Dibius

Seperti apa fakta dan kronologinya?

CakapCakapCakap People! Baru-baru ini heboh kasus pemerkosaan keluarga pasien yang diduga dilakukan oleh seorang residen Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi.

Pelaku diketahui melakukan aksinya tersebut usai memberikan obat bius kepada korban.

10 Fakta dan Kronologi Kasus Dokter Residen Anestesi PPDS Perkosa Keluarga Pasien Usai Dibius
Ilustrasi

Berikut kronologi kasus dokter residen anestesi PPDS yang memperkosa keluarga pasien, seperti telah dirangkum oleh Okezone, Rabu 9 April 2025.

1. Korban menunggu ayahnya operasi

Kasus ini pertama kali tersebar melalui unggahan sebuah tangkapan layar dari pesan singkat di akun Instagram @ppdsgramm. Dalam postingan tersebut diketahui, perempuan yang diduga menjadi korban dalam kasus pemerkosaan tersebut awalnya sedang menjaga ayahnya yang sedang dirawat di ICU, dan rencananya akan operasi dalam waktu dekat.

2. Ditawari pelaku prosedur Crossmatch

Kemudian, pelaku datang dengan modus menawarkan korban agar cepat mendapat pelayanan crossmatch darah yang merupakan prosedur penting sebelum transfusi darah untuk memastikan kecocokan antara darah donor dan penerima.

Crossmatch (uji cocok silang) adalah prosedur laboratorium yang dilakukan sebelum transfusi darah, untuk memastikan bahwa darah dari donor cocok dan aman untuk diterima oleh pasien (resipien).

3. Diajak ke lantai 7 gedung baru oleh pelaku

Selanjutnya korban dibawa ke lantai 7 gedung yang merupakan bangunan baru dan diminta mengganti baju dengan pakaian pasien. Korban yang diduga tidak mengetahui prosedur pengecekan darah hanya mengikuti saja arahan dari dokter anestesi tersebut.

4. Korban diberi obat bius lalu diperkosa

Selanjutnya, korban diberikan midazolam atau obat penenang (obat bius). Dalam keadaan tak sadar korban diduga mendapat tindakan tidak senonoh yang viral di media sosial.

Bahkan CCTV juga menampilkan momen di mana pelaku terlihat mondar-mandir di sekitaran ruangan saat korban belum sadarkan diri.

5. Korban sadar dalam kondisi sempoyongan

Setelah beberapa jam, korban tersadar dan keluar dari ruangan dalam kondisi sempoyongan sekitar pukul 04.00 WIB. Kondisi korban ini terekam CCTV.

6. Korban visum ke dokter SpOG usai keluhkan sakit di bagian kelamin

Kejadian ini terbongkar setelah korban merasakan sakit di bagian kelamin. Sadar ada yang janggal, korban kemudian meminta visum ke dokter SpOG dan ditemukan ada cairan sperma.

Di gedung lantai 7 yang menjadi TKP juga ditemukan ada cairan sperma yang berjejeran. Keesokan harinya di lokasi terpasang garis polisi.

8. Pelaku diduga 2 orang peserta PPDS Fakultas Kedokteran Unpad

Pelaku kasus kekerasan seksual ini diduga dilakukan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Unpad. Mirisnya, rudapaksa ini bukan hanya dilakukan oleh satu orang, melainkan dua oknum residen PPDS Anestesi.

Peristiwa dugaan pembiusan berujung pemerkosaan ini terjadi pada pertengahan Maret 2025 di area rumah sakit. Kejadian melibatkan dokter PPDS ini viral di media sosial dan menjadi pergunjingan warganet.

9. Klarifikasi Dekan FK Unpad

Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengecam keras segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual di lingkungan pelayanan kesehatan dan akademik.

Dekan FK Unpad Yudi Hidayat mengatakan, Unpad dan RSHS berkomitmen untuk mengawal proses ini dengan tegas, adil dan transparan serta memastikan tindakan yang diperlukan diambil untuk menegakkan keadilan bagi korban dan keluarga. Selain itu menciptakan lingkungan yang aman bagi semua.

“Kami menanggapi dengan serius hal ini dan telah mengambil langkah-langkah. Pertama memberikan pendampingan kepada korban dalam proses pelaporan ke Polda Jabar,” ujar Yudi Hidayat dalam keterangannya, Rabu 9 April 2025.

10. Pelaku diberhentikan dari program PPDS

Menurut Dekan FK Unpad, Yudi Hidayat, korban saat ini sudah mendapatkan pendampingan dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Jabar. Unpad dan RSHS sepenuhnya mendukung proses penyelidikan Polda Jabar.

“Kedua, berkomitmen melindungi privasi korban dan keluarga,” katanya.

“Ketiga, karena terduga merupakan PPDS yang dititipkan di RSHS dan bukan karyawan RSHS, maka penindakan tegas sudah dilakukan Unpad dengan memberhentikan yang bersangkutan dari program PPDS,” ucapnya lagi.

SUMBER ARTIKEL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 Pilihan Olahraga di Rumah yang Bisa Dilakukan Usai Liburan

4 Pilihan Olahraga di Rumah yang Bisa Dilakukan Usai Liburan

Perempuan Butuh Waktu Tidur Lebih Lama dibanding Pria, Benarkah?

Perempuan Butuh Waktu Tidur Lebih Lama dibanding Pria, Benarkah?