in ,

10 Negara dengan Tingkat Perceraian Tertinggi di Dunia

Negara mana saja yang dimaksud?

CakapCakapCakap People! Sejumlah negara masuk dalam daftar tingkat perceraian tertinggi negara di dunia, mana saja? Perceraian menjadi salah satu mimpi buruk bagi pasangan suami-istri. Pasalnya putusnya ikatan perkawinan dapat melahirkan berbagai masalah baru, mulai dari terganggunya pola pengasuhan pada anak hingga sengketa atas harta gana-gini.

10 Negara dengan Tingkat Perceraian Tertinggi di Dunia
Ilustrasi

Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) via laman Petrelli Previtera LLC, berikut top 10 dengan tingkat perceraian paling tinggi pada 2020:

1. Maladewa

Maladewa mencatatkan tingkat perceraian sebesar 5,5 per 1.000 penduduk per tahun. Bahkan, negara kepulauan itu juga masuk dalam Guinness Book of World Records sebagai negara dengan angka perceraian paling tinggi pada 2002, yaitu 10,97 per 1.000 orang.

Terdapat beberapa alasan mengapa tingkat perceraian begitu tinggi, salah satunya karena proses perceraian yang mudah dan terjangkau.

Selain itu, peningkatan akses terhadap pendidikan dan peluang akan kemandirian finansial bagi perempuan telah berkembang di Maladewa, sehingga memungkinkan individu dapat menghidupi dirinya sendiri.

2. Kazakhstan

Tingkat perceraian di Kazakhstan menyentuh angka 4,6 per 1.000 orang. Sebuah studi di Kazakh Institute for Equal Rights and Opportunities melaporkan beberapa penyebab tingginya perceraian di negara itu, di antaranya akibat dari intervensi orang lain, kurangnya batasan moral, dan proses pemutusan hubungan pernikahan yang mudah.

3. Guam

Sebuah pulau kecil di Samudra Pasifik, Guam memiliki tingkat perceraian mencapai 4,3 per 1.000 penduduk. Undang-undang perceraian di Guam disebut memudahkan proses pemutusan hubungan antara suami dan istri.

4. Rusia

Sebagai salah satu negara dengan populasi terbanyak di dunia, angka perceraian yang tinggi adalah hal umum di Rusia. Tingkat perceraian di negara itu mencapai 3,9 per 1.000 orang.

Alasan dari hilangnya komitmen pernikahan di Rusia umumnya akibat alkoholisme, masalah ekonomi, kurangnya pengertian antarpasangan, dan perselingkuhan.

5. Moldova

Dengan angka 3,8 kasus per 1.000 penduduk, menjadikan Moldova sebagai salah satu negara dengan tingkat perceraian tertinggi di dunia.

Sekitar 12 persen anak perempuan di negara kawasan Eropa Timur itu menikah sebelum usia 18 tahun. Akibatnya, banyak pernikahan yang harus berakhir karena pasangan yang belum matang dan tidak siap berkomitmen.

6. Belarusia

Angka perceraian di Belarusia sebesar 3,7 kasus per 1.000 orang. Tantangan berupa tingginya tingkat pengangguran, kemiskinan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), penyalahgunaan alkohol, dan masalah kepemilikan tempat tinggal menjadi beberapa tekanan yang dihadapi pasangan suami-istri di Belarusia.

7. Cina

Sekitar 3,2 kasus perceraian per 1.000 penduduk terjadi di Cina. Tingginya angka putusnya janji pernikahan di negara itu disebabkan oleh pandangan modern terkait hubungan, perempuan yang menjadi lebih berpendidikan dan mandiri secara finansial, serta stres dan tekanan masalah hidup.

8. Republik Aruba

Sebuah negara di kawasan Karibia, Republik Aruba mencatatkan 3,2 perceraian per 1.000 orang. Minimnya akses pendidikan telah memainkan peran penting terhadap angka perceraian di negara itu.

Undang-undang yang mengatur jangka waktu perpisahan perkawinan yang sebelumnya selama tiga tahun menjadi satu tahun turut berkontribusi.

9. Lithuania

Ketidakstabilan ekonomi dan penyalahgunaan alkohol menjadi pendorong tingginya angka perceraian di Lithuania, yaitu 2,8 per 1.000 penduduk.

Tingginya akan pengangguran juga meningkatkan peluang putusnya komitmen pernikahan, terutama di daerah pedesaan. Hukum perceraian di Lithuania juga memudahkan pasangan suami-istri untuk berpisah, hanya memerlukan proses sekitar tiga bulan untuk mendapatkan putusan pengadilan.

10. Republik Dominika

Dengan angka 2,7 per 1.000 orang, Republik Dominika masuk ke dalam daftar negara dengan tingkat perceraian tertinggi di dunia.

Sekitar 9 persen anak perempuan dipaksa menikah di usia 15 tahun dan 31 persen lainnya sebelum berusia 31 tahun. Hal itu menciptakan generasi yang belum siap untuk menikah.

SUMBER ARTIKEL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ahli Gizi Harvard Terapkan 6 Kebiasaan Ini untuk Jaga Otak Tetap Tajam dan Bahagia

Ahli Gizi Harvard Terapkan 6 Kebiasaan Ini untuk Jaga Otak Tetap Tajam dan Bahagia

Beasiswa LPDP Tahap II 2024 Dibuka, Begini Cara Mendaftarnya

Beasiswa LPDP Tahap II 2024 Dibuka, Begini Cara Mendaftarnya