CakapCakap – Cakap People! Sudah tahukah kamu bahwa ada beberapa suku terasing di dunia ini dimana mereka tinggal dihutan dan terisolasi? Di Indonesia ada Suku Baduy yang mengisolasi diri dari dunia luar di era global saat ini. Di negara lain pun banyak kelompok masyarakat adat yang masih hidup dalam isolasi, menghindari kontak dengan dunia luar, dan sering kali menolaknya dengan keras. Jumlah yang diketahui ada sekitar 100, mungkin lebih.
Komunitas-komunitas ini lebih memilih isolasi untuk melindungi tanah, budaya, dan kehidupan mereka. Campur tangan pihak luar sering dianggap ancaman.
Berikut adalah beberapa suku yang paling terasing atau paling terisolasi di dunia.
1. Suku Sentinel, India
Sering dijuluki sebagai komunitas paling terisolasi di dunia, suku Sentinel juga dikenal sebagai penduduk yang sangat tertutup karena perlawanan keras mereka terhadap orang luar. Suku Sentinel atau Penduduk Pulau Sentinel Utara masih menjadi teka-teki linguistik. Bahasa asli mereka yang tidak diketahui bahkan oleh suku Andaman yang berkerabat di pulau-pulau terdekat.
Menurut perkiraan, populasi mereka saat ini mungkin berjumlah 50 hingga 200 orang, dan mereka bertahan hidup melalui perburuan, menggunakan kano untuk memancing, dan memilih metode berburu tradisional lainnya. Pulau ini menarik perhatian global pada 2018 ketika seorang misionaris Amerika, yang berkunjung secara ilegal, dibunuh oleh suku tersebut.
2. Yaifo, Papua Nugini
Berdasarkan catatan, ada sebanyak 40 suku yang belum tersentuh di Papua Nugini. Suku-suku ini sebagian besar mengikuti gaya hidup pemburu-pengumpul. Kontak mereka dengan dunia luar hampir nol atau sangat terbatas. Misalnya suku Yaifo yang umumnya menghindari kontak dengan pihak luar, hingga salah satu penjelajah Inggris berhasil menghubungi mereka, hilang saat melakukan ekspedisi tapi ternyata dia baik-baik saja.
Lalu, ada suku Korowai yang sama sekali tidak dikenal oleh para antropolog Barat selama berabad-abad, dan pertama kali ditemui pada 1970-an.
3. Kawahiva, Brasil
Dikenal juga sebagai “orang pendek” atau “orang berambut merah” oleh suku-suku di dekatnya, masyarakat Kawahiva terpaksa mengadopsi cara hidup nomaden dalam beberapa dekade terakhir karena penggundulan hutan di hutan hujan Amazon di Brasil. Sangat sedikit informasi yang tersedia tentang mereka karena mereka tidak pernah melakukan interaksi damai dengan pihak luar. Mereka bertahan hidup dengan berburu, mengumpulkan, dan mengumpulkan madu dari pohon. Kawahiva kemungkinan besar memiliki populasi tidak lebih dari 30 individu.
4. Moxihatetema, Brasil dan Venezuela
Di dalam Cagar Alam Yanomam, hiduplah suku Moxihatetema. Mereka yang terdiri dari sekitar 100 orang yang memilih untuk memisahkan diri dari dunia luar, bahkan dari suku lain yang ada di Yanomami. Seperti suku lainnya, suku Moxihatetema juga menghadapi ancaman eksternal dari para penambang emas ilegal, yang operasinya menimbulkan kerusakan lingkungan pada ekosistem cagar alam. Mereka juga kadang memiliki kontak berdarah atau konflik dengan suku-suku pribumi lainnya.
5. Mashco Piro, Peru
Berdasarkan laporan yang ada, ada sekitar 15 suku yang belum tersentuh di Peru, termasuk Mashco Piro. Suku ini menghadapi bahaya kemajuan industri minyak dan penebangan kayu. Menurut laporan, Mashco Piro biasanya menjaga jarak dari orang luar, namun belakangan ini agak terlihat karena perpindahan. Mereka hidup secara tradisional dengan mengandalkan perburuan dan pengumpulan telur penyu untuk mencari nafkah. Pemerintah memperkirakan populasi mereka kurang dari 800 orang.
6. Ayoreo, Paraguay
Masyarakat Ayoreo hidup terisolasi di Chaco, hutan terbesar di Amerika Selatan di luar Amazon. Mereka pernah bertemu dengan buldoser, yang mereka gambarkan sebagai “binatang buas berkulit logam”, dan mereka melawan dan melarikan diri penebangan hutan yang mereka anggap sebagai rumah mereka. Kini, masyarakat Ayoreo yang jumlahnya tidak diketahui terus hidup secara nomaden di hutan.
7. Awa, Brasil
Suku ini dikenal sebagai suku yang paling terancam punah di muka bumi. Ada sekitar 100 dari 600 anggota suku Awá yang masih mempertahankan gaya hidup nomaden di hutan hujan Amazon di sepanjang perbatasan Brasil-Peru. Laporan lebih lanjut menunjukkan bahwa mereka hampir selalu menghadapi bahaya kebakaran hutan dan pembalakan liar. Situasi yang mengerikan ini mendorong suku lain, Guajajara, mengambil tindakan sebagai “Penjaga Hutan” untuk melindungi mereka.
8. Orang Palawan, Filipina
Wilayah selatan Pulau Palawan di Filipina merupakan rumah bagi sekitar 40.000 orang Palawan. Anggota suku yang berada di pedalaman tetap terisolasi dengan kontak luar yang terbatas. Mereka melakukan perladangan berpindah agar peremajaan hutan terjadi secara alami. Namun mereka menghadapi ancaman dari penambangan terbuka dan penambangan terbuka dalam beberapa tahun terakhir.
TIMES OF INDIA | DISCOVER MAGAZINE | TEMPO