CakapCakap – Cakap People! Festival Glastonbury, salah satu festival musik terbesar dan paling ikonik di dunia, memiliki sejarah yang kaya dan penuh warna. Festival ini pertama kali diadakan pada 19 September 1970, diprakarsai oleh Michael Eavis, seorang peternak susu dari Pilton, Somerset, Inggris.
Eavis terinspirasi oleh festival musik Bath Blues yang ia hadiri, dan memutuskan untuk menciptakan versi sendiri di lahan pertaniannya, Worthy Farm. Festival pertama ini diadakan sehari setelah kematian legenda musik Jimi Hendrix, dan dihadiri oleh sekitar 1.500 orang dengan tiket seharga £1 yang termasuk segelas susu gratis.
Tahun-tahun Awal Glastonbury Festival
Glastonbury Festival, awalnya dikenal sebagai Pilton Pop, Blues & Folk Festival, menampilkan artis-artis seperti T. Rex dan Al Stewart. Namun, pada tahun 1971, festival ini berubah nama menjadi Glastonbury Fayre dan mulai menarik perhatian yang lebih luas. Dengan bantuan Andrew Kerr dan Arabella Churchill, festival ini mendapatkan reputasi sebagai pusat perayaan budaya hippie, yang menggabungkan musik, spiritualitas, dan lingkungan yang harmonis.
Selama tahun 1970-an dan 1980-an, Festival Glastonbury terus berkembang, meskipun sempat mengalami beberapa kali hiatus. Pada tahun 1981, festival ini diresmikan sebagai acara tahunan dan mulai menyalurkan sebagian keuntungannya untuk berbagai amal dan proyek komunitas. Sejak saat itu, Glastonbury dikenal dengan komitmennya terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, seperti mendukung Oxfam, Greenpeace, dan WaterAid.
Pada dekade ini, Glastonbury juga mulai menampilkan lebih banyak panggung dan jenis hiburan, termasuk teater, tari, sirkus, dan seni visual. Panggung piramida, yang menjadi ikon festival, pertama kali dibangun pada tahun 1981 dan telah menjadi simbol dari Glastonbury hingga hari ini.
Memasuki tahun 1990-an, Glastonbury mengalami pertumbuhan pesat dalam hal jumlah pengunjung dan skala acara. Festival ini menjadi tempat di mana artis-artis ternama dunia tampil, dari David Bowie dan Radiohead hingga Beyoncé dan Coldplay. Jumlah penonton meningkat drastis, mencapai lebih dari 100.000 orang setiap tahunnya.
Perubahan besar terjadi pada tahun 2000, ketika festival ini berupaya untuk memperbaiki manajemen kerumunan dan keamanan, serta memperkenalkan sistem tiket yang lebih teratur. Langkah ini diambil setelah beberapa insiden yang melibatkan penonton tanpa tiket yang memaksa masuk ke area festival.
Glastonbury tidak hanya dikenal karena skala dan kualitas musiknya, tetapi juga karena pengaruh budaya didalmnya. Festival ini selalu berusaha untuk menjadi wadah bagi berbagai bentuk ekspresi seni dan budaya, termasuk mendukung gerakan lingkungan dan hak asasi manusia. Michael Eavis dan timnya telah mengembangkan berbagai inisiatif hijau, seperti pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, penggunaan energi terbarukan, dan kampanye daur ulang.
Di abad ke-21, Glastonbury terus mempertahankan relevansinya dengan menarik artis-artis papan atas dan memperkenalkan inovasi baru. Pada tahun 2024, festival ini akan menampilkan artis-artis seperti Dua Lipa, Coldplay, SZA, Camila Cabello, dan bahkan grup K-Pop Seventeen, menunjukkan keberagaman dan daya tarik globalnya.
Klik DI SINI untuk melanjutkan membaca, Cakap People!