in

Mengambil Air Dari Udara Gurun, Mungkin gak sih?

Jawabannya adalah mungkin, Cakap People. Bahkan, sangat mungkin untuk dilakukan. Terobosan ini memang sangat liar dan membuat orang yang paling imajinatif pun bingung dengan cara yang ditempuh. Tapi, di mata para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan UC Berkeley, mengekstrak air dari udara gurun pasir bukan lagi merupakan hal yang tidak masuk akal.

Ya, para peneliti ini berhasil mengembangkan sebuah alat yang mampu mengekstrak air (H2O) dari udara bebas bahkan pada kondisi yang paling kering sekalipun, lho. Kajian ini sebenarnya sudah dilakukan beberapa tahun lalu. Hanya saja mereka baru saja berhasil melakukan uji coba (dan berhasil) di medan berpadang pasir seperti di Tempe, Arizona.

Buat kamu yang berani berspekulasi dan sedikit imajinatif, tentu yang dimanfaatkan oleh sistem temuan orang MIT dan UC Berkeley ini adalah kelembaban udara yang bersangkutan. Kamu benar, gaes. Dalam udara memang mengandung uap air. Sudah banyak orang yang mengusahakan hal ini, tapi semua terkendala oleh batasan di lapangan. Apalagi batasannya kalau bukan kelembaban udara. Agar ekstraksi air dari udara gurun berhasil, ada persyaratan kelembaban udara yang harus dipenuhi, yakni di atas 50 persen. Selain itu, dibutuhkan energi dalam jumlah besar agar sistem ini bisa bekerja dengan optimal.

Nah, di sinilah kelebihan sistem temuan orang MIT dan UC Berkeley ini, Cakap People. Alat mereka bisa bekerja hanya dengan kelembaban di bawah 10 persen dan itupun tidak memakan energi besar. Mantap!

Alat Ekstraksi air dari udara gurun via NPR Org.

Inti temuan ini terletak pada material yang dinamakan metal-organic framework (MOF) yang terdiri dari molekul-molekul yang membentuk sebuah material super porous alias sangat berpori dengan begitu memiliki luas permukaan besar. Tergantung dari bahan yang kamu pilih, gaes, yang jelas dalam teknologi ini MOF tersebut bersifat sangat suka air alias hidrofilik. Alhasil, pori-porinya mampu menarik molekul air dari udara dan menyimpannya di dalam pori-pori. Tahapan ini berlangsung di kala malam. Dan, pada siang harinya adalah waktu panen, dimana sinar mentari menguapkan air yang dikandung dalam pori dan ditangkap oleh sebuah kondenser. Terbentuk lah air, Cakap People!

Tentu, kamu bakal berpikir kalau tidak ada gunanya melakukan penelitian tentang hal semacam ini. Toh, ada banyak air di muka bumi. Memang, kamu tidak salah. Tapi, ekstraktor air ini penting untuk kebutuhan militer atau bahkan untuk keperluan kolonisasi di Mars. Sebagaimana kita ketahui bersama, pihak AS dan beberapa negara di dunia sedang berlomba-lomba meneliti kemungkinan dilangsungkannya kehidupan di luar angkasa; salah satunya adalah Bulan atau Mars.

Para peneliti ini masih terus mengkaji temuan mereka. Yang mereka ulas habis-habisan adalah apakah air yang dihasilkan mengandung racun atau tidak serta memikirkan kemungkinan untuk memasang alat ini dalam skala besar. Bagaimana jadinya? Kita tunggu saja, ya, Cakap People. [ED/RM]

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ingin Kurus? Harus Rajin Sarapan Tiap Hari, Ini Alasannya

Kanker Menjadi Penyakit Mematikan di Asia