Pernah mendengar nama Melanie Perkins, Cakap People? Mungkin kamu belum pernah mendengar nama itu, tapi sudah sering menggunakan produk yang ia buat. Ya, namanya Canva. Dengan Canva kamu bisa berkreasi mendesain apa saja secara online hanya dengan berbekal akun facebook atau e-mail. Wanita asal Australia ini merupakan co-founder sekaligus CEO dari Canva, sebuah platform desain yang kini populer dan merajai bidangnya karena memberi fasilitas desain gratis di samping sejumlah fitur yang berbayar.
Buat kamu mungkin Canva platform yang biasa saja, tidak istimewa. Kamu salah, lho. Melanie Perkins dan kawan-kawannya harus berdarah-darah hingga Canva diterima publik hingga detik ini. Masih berusia 30 tahun, Melanie memang sudah sering menjalankan bisnis kreatif semacam ini sejak masih remaja. Dulu, ia menjual syal buatan tangan yang ia rancang dan buat sendiri. Waktu itu ia masih berumur 14 tahun!
Ternyata hasratnya untuk berbisnis tak pernah pudar. Saat menginjak 22 tahun, Melanie mendirikan perusahaan lain. Kali ini adalah Fusion Books, sebuah sistem dimana sekolah-sekolah di Australia bisa merancang buku tahunannya sendiri secara online! Nama Fusion Books sendiri sudah sangat populer di Australia, jauh lebih populer ketimbang Canva yang usianya tergolong baru. Di Negeri Kanguru ini, Fusion Books merupakan penerbit buku tahunan terbesar di Australia dan punya cabang di Perancis dan Selandia Baru, lho. Keren banget Melanie ini.
Ide untuk meluncurkan Canva muncul di tahun 2013 lalu. Dengan platform ini, siapapun bisa membuat desain kualitas profesional meski yang bersangkutan awam di dunia desain sekalipun. Melanie Perkins mengklaim kalau hingga detik ini pengguna Canva mencapai 10 juta orang yang tersebar di 190 negara berbeda. Tidak tanggung-tanggung, platform desain ini menggunakan 100 bahasa dan punya sebuah database yang berisikan lebih dari 3 juta gambar. Canva diperkuat oleh 250 karyawan dan per Januari 2018 lalu bernilai 1 miliar dolar AS. Wow…
Sekilas tampak enteng banget bagi Melanie untuk mencapai terobosan sebesar ini. Padahal tidak demikian, gaes. Melanie Perkins harus bekerja keras untuk ini semua. Meski dirinya seorang CEO, Melanie tetap melakukan hal sebagaimana seorang pemula di bidang bisnis. Setiap paginya ia selalu log-on ke kanal media sosial Canva guna mengetahui apa saja yang sudah dicapai komunitas Canva. Tampak sepele, tapi bagi Melanie ritual ini berguna untuk menyaring apa saja masukan dan yang diinginkan oleh komunitasnya terhadap Canva miliknya. Walau sesibuk itu, Melanie tetap menyempatkan tidur 8 jam setiap malamnya, lho.
Bergerak di bidang kreatif memerlukan tenaga, nyali dan keberanian besar, gaes. Gak gampang untuk tetap stay on the track. Agar tetap bisa fokus, Melanie menjaga komunikasi dengan timnya yang tersebar di seluruh dunia. Dan, ia berkomunikasi dengan cara apapun sebagaimana disediakan oleh teknologi terkini.
Untuk mencapai titik seperti sekarang ini, Melanie harus berhadapan dengan banyak pihak. Salah satunya adalah investor. Bukan hal mudah untuk meyakinkan orang yang punya latar belakang bisnis berbeda, sukses, dan punya banyak uang (dan mau menginvestasikan uang mereka ke bisnis lain). Lebih dari 100 kali Melanie mendapat penolakan, tapi ia tetap gigih mengejar kemauannya. Orang normal pastinya akan menyerah begitu ditolak sesering itu. Tapi, tidak dengan Melanie Perkins. Pengalamannya saat membuat Fusion Books mengajarkan banyak hal, salah satunya adalah mengatur prioritas dalam waktu singkat serta berupaya keras memikirkan soal keuntungan yang relatif cepat. Itu penting, mengingat di dunia yang berputar secepat sekarang, keterlambatan dalam mendulang dan memutar uang berarti kebangkrutan.
Melanie Perkins punya kiat agar sebuah bisnis terus maju dan berkembang. Salah satu kebiasaannya di Canva adalah merangsang anggota timnya (dan dia sendiri) untuk berani memiliki ide besar nan gila serta berupaya keras mengejar ide tersebut agar berhasil. Memang hal ini cukup berat dan sedikit menciptakan kesan terteror. Tapi, cara ini sangat efektif untuk membuat Melanie Perkins dan timnya berusaha lebih keras dan, akhirnya, bermimpi lebih besar lagi. [ED/RM]
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Kenalkan Cloud Computing, Solusi Server Terjangkau bagi Startup Pemula | Cakap Cakap