Dulu, ambisi dipandang sebagai hal yang buruk. Tapi, dewasa ini, di mana persaingan begitu sengit dan dunia berjalan begitu cepat, mereka yang tidak punya ambisi bisa dipastikan bakal tertinggal jauh. Maka dari itu, agar sukses di dunia modern ini, kamu harus bisa mempertahankan ambisi. Sebisa mungkin jaga agar ambisi kamu tidak pudar di tengah jalan.
Meski begitu, gaes, jangan sampai kamu begitu ambisius dan cukup membabi-buta karena hal itu justru membuat kamu banyak mengabaikan hal-hal vital yang dibutuhkan untuk menjaga profesionalisme tetap pada jalurnya.
Hanya saja, saking bersemangatnya, kamu mungkin lupa kalau ada segelintir kebiasaan buruk yang membuat ambisimu runtuh. Semua orang mengerti betul bagaimana menjadi seorang profesional. Tapi, tidak semua sadar kalau dia tengah memelihara kebiasaan buruk yang menghancurkan ambisinya sendiri. Apa saja itu? Simak poin-poin berikut ini ya.
Membedakan mana yang darurat dan yang penting
Ada kalanya seseorang tergoda untuk membuat kategorisasi terhadap hal-hal yang menjadi kewajibannya dimana ranking tertinggi merupakan yang paling sulit untuk atau sebaliknya. Itu membuat mereka mengerjakan mana yang mudah terlebih dahulu atau yang paling sulit terlebih dahulu; masing-masing orang punya preferensi sendiri. Hanya saja, kebanyakan justru terjebak pada kategorisasi yang dibuatnya sehingga mengabaikan yang darurat untuk menggarap yang penting, atau sebaliknya.
Bagaimanapun juga, bagi seorang profesional, semua kewajiban tetaplah sama; sama-sama penting dan sama-sama darurat. Kategorisasi seringkali membuat kamu abai akan fakta ini; membuat kamu terlampau cepat berpuas diri atau sedikit meremehkan klien yang memberikan pekerjaan dengan kualitas tertentu. Sesuatu tidak akan menjadi darurat kalau mengerjakan segala sesuatunya sesuai kualitas yang diharapkan.
Dialog yang buntu
Mengajarkan teknik berkomunikasi memang mudah. Yang paling sulit adalah mempersiapkan mental kamu untuk menghadapi berbagai jenis klien dengan berbagai gaya dan bahasa komunikasi. Ada kalanya kamu harus berhadapan dengan kolega maupun atasan yang cukup sulit untuk diajak bicara. Pada titik semacam ini, bukan teknis komunikasi yang kamu butuhkan, melainkan mental kamu. Kalau mental kamu tidak sanggup, sebaik apapun teknik komunikasi yang kamu pelajari, lawan bicaramu akan tetap mencium kalau kamu pembicara sekaligus pendengar yang buruk. So, mulai sekarang persiapkan mentalmu untuk menghadapi kasus semacam ini. Bagaimanapun juga, dialog yang buntu akan diikuti oleh semangat yang pudar.
Terlampau ekstrim menilai diri
Kebanyakan orang berada di salah satu titik ekstrim ini, yaitu merasa diri paling hebat atau merasa diri tidak berdaya. Kondisi semacam ini tidak perlu kamu pelihara. Biasa saja menganggap dirimu. Mengapa demikian? Karena mereka yang merasa dirinya terlampau hebat cenderung cepat merasa tidak berdaya, mudah depresi, dan kurang memiliki penalaran bagus terhadap situasi. Intinya, ambisinya gampang pudar karena kondisi psikologis yang kurang stabil. Ingat, gaes, overconfidence is a silent killer.
Terjebak rutinitas
Kalau kamu seorang yang punya ambisi dan senantiasa tertantang mengerjakan hal-hal yang berada di luar kapasitas orang awam namun terjebak melakukan hal-hal remeh secara terus-menerus, bisa dipastikan kamu bakalan berubah menjadi seorang medioker. Hanya menunggu waktu untuk kamu menjadi seorang yang apatis dan selalu merasa tertinggal.
Membandingkan diri
Masing-masing pribadi adalah unik. Meskipun berada dalam tim yang sama, semua punya ambisi dan target sendiri-sendiri. Katakanlah ada satu anggota tim yang achievement-nya luar biasa dan kamu tertantang untuk mengalahkannya karena selalu berada di bawahnya, maka kamu bukanlah seorang yang ambisius. Kamu hanyalah korban dari rekan kerjamu itu. Motivasi kamu berbeda dengan motivasi rekan kerjamu yang high-achiever itu. Kamu nggak percaya?
Coba kamu pelajari latar belakang sosial budaya, ekonomi dan politik rekanmu itu. Bisa dipastikan berbeda banget dengan latar belakangmu. Belum lagi pandangan yang bersangkutan tentang hidup. So, berambisi mengalahkan orang lain hanyalah ambisi anak kecil. Kalau kamu terus memelihara sifat dan watak semacam ini, hanya tinggal menunggu waktu bagimu untuk melakukan kecurangan demi kecurangan dan berbagai tindakan amoral lainnya.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!