CakapCakap – Cakap People! Pertanyaan ‘kapan nikah?’ sering diajukan saat Lebaran. Mungkin kamu pernah mengalami atau mendapatkan pertanyaan tersebut saat berkumpul bersama keluarga, kerabat dan teman-teman. Momen lebaran kerap menjadi waktu yang selalu dinanti-nantikan. Sebab, lebaran menjadi ajang untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara. Kebahagiaan silaturahmi dan berkumpul pun selalu menyelimuti kegembiraan hari raya lebaran.
Namun, tak jarang pula orang yang khawatir ketika hendak bertemu dengan keluarga. Pasalnya, beberapa pertanyaan yang cukup menyinggung kehidupan personal sering kali muncul di tengah-tengah perbincangan. Salah satunya adalah pertanyaan ‘kapan menikah?’ yang ditujukan untuk orang-orang dewasa yang masih belum menjalin rumah tangga.
Beberapa orang mungkin merasa tidak masalah dengan pertanyaan tersebut. Di sisi lain, pertanyaan ‘kapan menikah?’ dan semacamnya juga bisa terasa kurang nyaman, serta membuat kita bertanya-tanya alasan di balik terlontarnya pertanyaan ini.
Bagaimana bisa ‘tradisi’ pertanyaan ini muncul setiap kali lebaran? Dilansir dari CNN Indonesia, berikut adalah jawabannya.
Mengapa Pertanyaan ‘Kapan Nikah?’ Sering Diajukan saat Lebaran?
Jika dilihat dari kacamata psikologi, menurut seorang Psikolog Universitas Indonesia bernama Rose Mini, pertanyaan soal menikah adalah bentuk perhatian dari para orangtua. Terdapat kekhawatiran di pikiran mereka manakala terdapat kendala yang dialami hingga membuat kita belum bisa membangun rumah tangga.
Lebih lanjut, adanya pertanyaan semacam ini juga berkaitan dengan aspek sosial dan budaya. Rose Mini menjelaskan bahwa secara psikologis masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda dengan orang-orang luar. Di Indonesia, perihal menikah juga dikaitkan dengan persoalan karier. Sedangkan, orang-orang luar tidak terlalu memikirkan aspek-aspek kehidupan yang dimiliki orang lain, termasuk pernikahan dan karier tersebut.
Bahkan, masing-masing daerah di Indonesia juga punya keberagaman budaya yang berpengaruh terhadap tolok ukur usia menikah yang berbeda-beda pula. Misalnya saja, masyarakat di beberapa daerah pelosok sudah menuntut seorang perempuan yang masih berusia 18 tahun untuk menikah. Maka, tak heran jika pertanyaan perihal pernikahan kerap dilontarkan di tengah pertemuan silaturahmi.
Sebetulnya, pertanyaan ‘kapan menikah?’ bukan hal yang perlu dijadikan sebuah masalah. Dikutip dari detikHealth, secara psikologis, pertanyaan ini bersifat netral. Hanya saja, segelintir orang merasa risih dengan pertanyaan tersebut karena memiliki perspektif yang berbeda. Justru, mungkin sebenarnya pikiran diri sendiri yang merasa terintimidasi dengan pertanyaan netral tersebut.
Oleh karena itu, untuk menanggapinya dengan bijak, cukup berikan jawaban dengan cara yang kooperatif. Pada akhirnya, pertanyaan semacam itu hanyalah menjadi sebuah momok dan bahan guyonan tersendiri di kalangan muda-mudi.