CakapCakap – Cakap People! Debat capres terakhir yang berlangsung pada Ahad, 4 Februari 2024, membahas tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.
Salah satu topik kesehatan yang dibahas adalah soal stunting, yang memicu debat antara Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto mengenai asupan bergizi. Namun, selain stunting, ada beberapa istilah kesehatan lain yang disebutkan dalam debat capres, seperti gizi buruk, obesitas, dan anemia. Apa artinya?
Stunting
Menurut World Health Organization (WHO), stunting merupakan salah satu hambatan signifikan bagi perkembangan manusia. Dalam dokumen WHO, stunting didefinisikan sebagai tinggi badan lebih dari dua deviasi standar di bawah median standar pertumbuhan anak WHO.
Dampak stunting sangat serius, tidak hanya mengakibatkan perkembangan kognitif dan fisik yang terhambat, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti diabetes.
Stunting memiliki dampak jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasuk perkembangan kognitif dan fisik yang terhambat, kapasitas produktif yang berkurang, kesehatan yang buruk, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif.
Gizi Buruk
Dilansir dari situs resmi Kemenkes, gizi buruk seringkali diidentifikasi sebagai masalah malnutrisi, merupakan kondisi serius di mana asupan makanan tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang seharusnya.
Data Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat bahwa 3,9% balita di Indonesia menderita gizi buruk, sementara 13,8% mengalami gizi kurang. Gizi buruk ditandai dengan berat badan anak yang terlalu rendah dibandingkan tinggi badannya, dengan risiko daya tahan tubuh yang lemah dan kemungkinan tinggi terkena penyakit parah hingga kematian.
Obesitas
Obesitas, yang didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang abnormal atau berlebihan yang berisiko terhadap kesehatan, telah menjadi epidemi global. Data menunjukkan lebih dari 4 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat kelebihan berat badan atau obesitas.
Obesitas tidak hanya terbatas pada negara-negara berpendapatan tinggi, melainkan juga meningkat secara dramatis di negara-negara berpendapatan menengah dan rendah, terutama di setting perkotaan. Bahkan, prevalensi anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan atau obesitas meningkat lebih dari empat kali lipat dari tahun 1975 hingga 2016.
Anemia
Anemia merupakan kondisi di mana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dalam sel darah merah lebih rendah dari normal. Hemoglobin diperlukan untuk membawa oksigen, dan kekurangan atau abnormalitas sel darah merah dapat mengakibatkan berbagai gejala seperti kelelahan, kelemahan, pusing, dan sesak napas.
WHO memperkirakan bahwa 40% anak usia 6-59 bulan, 37% wanita hamil, dan 30% wanita usia 15-49 tahun di seluruh dunia mengalami anemia. Penyebab anemia bisa bermacam-macam, mulai dari defisiensi zat besi melalui pola makan yang tidak memadai atau penyerapan nutrisi yang tidak memadai, hingga infeksi, penyakit kronis, kondisi ginekologis, dan kelainan sel darah merah yang diwarisi.