CakapCakap – Cakap People! Terdapat sejumlah genosida terbesar dalam catatan sejarah. Apa saja itu? Seperti diketahui, genosida adalah sebuah kejahatan yang sangat mengerikan dan melibatkan pengkhianatan dan pembunuhan sistematis terhadap sekelompok orang atau etnis tertentu. Terbaru, kejahatan tersebut menimpa warga Palestina dalam perang Israel-Hamas sejak medio Oktober 2023 lalu.
Dalam sebuah sesi sidang gugatan ICJ, pihak Israel membantah telah melakukan serangan genosida terhadap warga Palestina.
Berikut adalah 7 genosida terbesar sepanjang sejarah.
Genosida Palestina
Tragedi kemanusiaan di Gaza akibat serangan ganas Israel semakin menggemparkan dunia pada pekan-pekan Oktober 2023 hingga waktu yang belum diketahui di awal 2024 ini. Dilansir dari AP News, menurut Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, jumlah korban tewas Palestina akibat serangan genosida tiga bulan itu telah melampaui 25.000 jiwa pada akhir Januari 2024.
Selain itu, sekitar 62.681 orang terluka akibat konflik tersebut. Angka kematian, penghancuran, dan pengusiran ini merupakan yang terbesar dalam konflik Israel-Palestina yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Genosida Nanjing
Dikutip dari Britannica, genosida Nanjing oleh Jepang terjadi pada Desember 1937 hingga Januari 1938 selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua. Peristiwa ini mengakibatkan kematian massal dan penderitaan warga Tiongkok.
Setelah menaklukkan Nanjing pada 13 Desember 1937, tentara Jepang membantai sebanyak 300.000 warga sipil dan banyak prajurit Tiongkok yang menyerah dalam kurun waktu dua bulan. Selama invasi tersebut, terjadi pembantaian kelompok tentara Tiongkok, pembunuhan massal keluarga di luar Zona Aman Nanjing, dan pemerkosaan puluhan ribu perempuan.
Holocaust Nazi
Holocaust Nazi di Jerman adalah sebuah kejadian yang sangat menyakitkan dan melibatkan pemerintah Nazi Jerman dan aliansinya dalam pengkhianatan dan penyalaan sistematis terhadap sekitar 6 juta jiwa Yahudi Eropa.
Kejadian ini dimulai pada 1933 ketika Adolf Hitler dan Partai Nazi berkuasa di Jerman. Pemerintah Nazi Jerman mulai menggunakan kekuasaannya untuk menargetkan dan mengecualikan Yahudi dari masyarakat Jerman. Mereka mengeluarkan undang-undang diskriminatif dan mengorganisir kekerasan yang ditujukan pada Yahudi Jerman.
Genosida Turki (Armenia)
Genosida Armenia oleh Turki pada awal abad ke-20 di Kesultanan Utsmaniyah selama Perang Dunia I merupakan tragedi manusia yang pertama kali terjadi di luar konteks kolonial.
Pada awal 1915, rezim Turki muda mengawali kebijakan genosida dengan menangkap ratusan warga Armenia dan menggantung sebagian di jalan-jalan Istanbul. Setelahnya, dimulailah deportasi genosida sebagian besar populasi Armenia ke padang gurun, yang menyebabkan kematian atau pembunuhan hingga satu juta jiwa.
Genosida Kamboja
Genosida Kamboja berlangsung selama empat tahun, yakni sejak 1975 hingga 1979. Menurut situs College of Liberal Arts University of Minnesota, kejadian ini menjadi ledakan kekerasan massal yang menelan korban antara 1,5 hingga 3 juta jiwa di tangan rezim Khmer Merah, sebuah kelompok politik komunis.
Khmer Merah berkuasa setelah Perang Saudara Kamboja dan selama empat tahun pemerintahannya yang brutal, hampir seperempat penduduk Kamboja tewas. Genosida Kamboja dipicu oleh proyek rekayasa sosial Khmer Merah untuk menciptakan masyarakat agraris tanpa kelas.
Genosida Rwanda
Genosida Rwanda telah melibatkan pengkhianatan yang memakan sekitar 800.000 jiwa warga Rwanda. Peristiwa ini terjadi selama sekitar 100 hari pada April hingga Juli 1994.
Genosida ini direncanakan oleh elemen ekstremis dari populasi mayoritas Hutu Rwanda yang merencanakan untuk membunuh populasi minoritas Tutsi dan siapa saja yang menentang niat genosida tersebut.
Diperkirakan sekitar 200.000 Hutu yang didorong oleh propaganda dari berbagai media berpartisipasi dalam genosida tersebut. Lebih dari 800.000 warga sipil, terutama Tutsi tewas selama kampanye tersebut. Sebanyak 2.000.000 warga Rwanda melarikan diri dari negara itu selama atau segera setelah genosida.
Perang Saudara Sudan
Genosida terbesar selanjutnya adalah Perang Saudara Sudan. Perang yang berlangsung lebih dari enam bulan tersebut telah menyebabkan lebih dari 10.000 kematian dan mengungsi 5,6 juta orang. Konflik ini melibatkan faksi-faksi bersenjata, terutama antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF), yang bersaing untuk menguasai negara dan sumber dayanya.
Pasca-penggulingan Bashir pada 2019, Sudan berusaha mengalami transisi demokratis, tetapi konflik antara SAF dan RSF mempersulit upaya tersebut. Mediasi yang tidak terkoordinasi dan campur tangan negara-negara lain hingga saat ini belum menghasilkan penyelesaian, sementara keadaan kemanusiaan semakin memburuk.