Kita sering mendengar istilah tikus percobaan dalam dunia medis terutama pada percobaan vaksin atau antivirus baru. Beberapa obat yang akan diproduksi masal biasanya akan dicoba ke beberapa hewan seperti tikus dan hewan-hewan lainnya untuk mengetes efeknya. Tapi apakah tikusnya nggak kasian?
Memang terdengar sadis kalo terjadi sesuatu yang bikin tikus jadi mati atau memiliki cacat karena disuntikkan obat yang belum jelas efeknya. Tapi memang uji coba medis terhadap hewan ini masih sangat penting untuk dilakukan. Biasanya obat yang akan diuji coba pada hewan adalah obat di tahap akhir yang harus dilakukan pada hewan. Hal ini mengacu pada kemiripan fisiologi, anatomi, dan sistem imun yang menyerupai manusia dan nggak bisa digantikan dengan media apapun.
Beberapa hewan primata yang sering digunakan untuk uji coba adalah monyet ekor panjang, beruk, monyet rhesus, babon, monyet hijau, marmoset dan squirrel monkey. Tentu penggunaan hewan ini nggak bisa sembarangan begitu aja. Ada prosedur dan peraturan yang harus dipatuhi salah satunya adalah SK Menhut 26/Kpts/1994, yang menyatakan hewan untuk penelitian nggak boleh diambil dari alam. Jadi nggak bisa ambil dari hutan lalu digunakan untuk penelitian karena hewan dari dunia luar bisa membawa virus yang malah mengacaukan hasil penelitian. Selain itu kesejahteraan hewan ujicoba juga harus dijamin sehingga harus diperlakukan sesuai etika.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!