CakapCakap – Cakap People! Kadang kita sering kali kalap ketika melihat hidangan lezat di depan mata. Akibatnya, tak jarang sebagian orang makan dengan porsi yang lebih banyak dari kebutuhannya. Namun, makan yang tidak terkendali, porsi makan berlebihan, bahkan perasaan tidak dapat berhenti makan dapat menjadi gejala awal gangguan perilaku makan binge eating disorder atau BED.
Dilansir dari laman nationaleatingdisorders.org, BED adalah diagnosa baru gangguan makan yang masuk pada edisi kelima Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) pada tahun 2013. Gangguan makan ini menjadi gangguan yang umum terjadi kepada orang dewasa, tetapi tak jarang juga terjadi pada remaja. Disebutkan bahwa sekitar 2,7 persen wanita, 1,7 persen pria, dan 1,8 persen remaja menderita BED.
Gejala paling umum yang dialami oleh pengidap binge eating disorder (BED) adalah episode makan berlebihan yang terus berulang dalam jangka waktu tertentu. Perilaku tersebut disertai dengan perasaan “kehilangan kendali” yang intens atas makan, malu, dan bersalah. Berikut tanda-tanda lain pengidap BED:
Gejala Emosional dan Perilaku:
1. Mengalami episode makan dalam jumlah besar dengan waktu singkat, sering kali dilakukan secara rahasia.
2. Menghindari makan di depan umum atau bersama orang lain dan sering merasa malu dengan jumlah makanan yang dikonsumsi.
3. Mencuri atau menimbun makanan di tempat asing.
4. Mengalami kegagalan berulang dalam proses penurunan berat badan melalui diet, peningkatan aktivitas, atau penggunaan obat penurun berat badan.
5. Menarik diri dari teman dan aktivitas yang sebelumnya menyenangkan, serta menjadi terisolasi dan tertutup terhadap dunia luar.
6. Menunjukkan kepedulian yang ekstrim terhadap berat dan bentuk tubuh.
7. Sering merasa rendah diri, tidak layak, dan tidak berharga.
8. Mengalami rasa malu, bersalah, dan putus asa setelah episode makan berlebihan.
Gejala Fisik:
1. Perubahan berat badan yang ekstrim, baik naik maupun turun.
2. Kram perut, keluhan gastrointestinal nonspesifik lainnya, seperti sembelit dan refluks asam.
3. Kesulitan berkonsentrasi.
Selain itu, kondisi BED juga hadir bersamaan dengan gangguan psikologis lainnya, seperti gangguan kecemasan (anxiety disorder), fobia, gangguan panik (panic disorder), gangguan stres pasca trauma (PTSD), hyperactivity disorder (ADHD), gangguan bipolar, depresi, gangguan mood, hingga perasaan bunuh diri atau melukai diri sendiri.
Mengingat konsekuensi fisik dan psikologis serius yang diakibatkan oleh BED, jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, penting untuk mencari bantuan profesional.