CakapCakap – Cakap People! Bencana kelaparan melanda wilayah Distrik Amuma, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Sejak Agustus 2023 hingga saat ini, dilaporkan 24 orang meninggal dunia dari 13 kampung yang terletak di Distrik Amuma dengan penyebab kematian yang bervariasi, yakni akibat sakit dan lansia di tengah bencana kelaparan ini.
Bencana kelaparan ini disebabkan oleh kekeringan dan gagal panen akibat cuaca ekstrem.
Dirangkum dari detikcom, berikut sederet fakta yang perlu diketahui soal bencana kelaparan di Yahukimo.
Penyebab Bencana Kelaparan di Yahukimo
Warga Yahukimo mengandalkan bahan pangan pokok seperti umbi-umbian hingga sagu. Namun, cuaca ekstrem berdampak buruk pada hasil pertanian setempat, misalnya seperti embun salju. Akibatnya, warga Yahukimo kehilangan sumber makanan.
“Kan di Pegunungan Tengah dan Pegunungan Puncak itu ada yang di atas ketinggian sampai 4.000 meter di atas permukaan laut, udaranya sangat tipis, kemudian juga akibat pemanasan global ini, salju yang di atas Gunung Jayawijaya itu kan sering meleleh,” ucap Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, dilansir dari detikcom.
Selain itu, menurut Muhadjir, sagu tidak bisa tumbuh di wilayah setempat yang kering dan dingin.
“Sementara kalau kita mau introduksi tanaman lain, misalnya padi dan sebagainya, harus kita cek cuacanya, mungkin tidak di sana untuk ditanam padi. Kemudian kalau sagu di tempat itu tidak bisa tumbuh sagu itu karena daerah kering, kering tapi dingin,” katanya.
Faktor Lain: Bencana Longsor hingga Lokasi Jauh
Bencana di Yahukimo bukan hanya soal kelaparan imbas gagal panen, namun juga bencana longsor.
“Ada juga bencana longsor selain gagal panen, akibat bencana longsor 70 rumah masyarakat rusak ringan dan 30 lebih rumah rusak berat. Seperti di daerah lain yang rumah rusak ringan akan dapat bantuan per rumah Rp 15 juta dan rusak berat akan dapat pergantian Rp 60 juta, data rumah rusak ini sifatnya masih belum pasti dan akan diverifikasi terus,” kata Suharyanto, dikutip detikEdu dari laman BNPB.
Plt Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Sorni Paskah Daeli mengatakan, masalah utama warga Papua Pegunungan, khususnya Yahukimo, yakni fenomena cuaca ekstrem akibat curah hujan tinggi diselingi cuaca panas. Akibatnya, ubi dan keladi sulit berbuah dan perkebunan warga gagal panen.
Lebih lanjut, warga yang tidak ada bahan makanan mengalami kesulitan untuk menjangkau lokasi pangan di distrik lain karena jarak tempuh perjalanan yang jauh. Masalah konektivitas antardistrik ini menurutnya tengah direspons jangka pendek dengan rencana pembangunan gudang logistik di sekitar lokasi yang kerap mengalami bencana kelaparan.
Konektivitas jalan darat dan menambah runway di Amuma menurut Sorni juga menjadi jalan agar pesawat besar bisa mendarat dan membawa bahan logistik lebih banyak dari wilayah Wamena dan Mimika. Sedangkan rencana antisipasi bencana kelaparan jangka panjang yakni dengan menemukan umbi-umbian varietas unggul dan transfer teknologi pertanian.
Bukan Pertama Kali
Bencana kelaparan ini bukan pertama kalinya terjadi di Yahukimo. Pilunya, ini adalah kejadian yang terus berulang. Misalnya, pada Agustus 2022, akibat embun beku dan kemarau, warga Kabupaten Lanny Jaya, Papua, alami kelaparan karena gagal panen.
Bencana embun beku di daerah itu berdampak terhadap 548 keluarga, empat orang meninggal dengan dua di antaranya anak-anak, sebagaimana dilansir dari detikNews.
Dikutip dari laman Kemenko PMK, Kementerian Sosial melakukan pendistribusian bahan logistik 11,5 ton pangan dan sandang ke Distrik Amuma pada 20 Oktober 2023 dan 7,9 ton hingga 26 Oktober 2023.
Klik DI SINI untuk melanjutkan membaca, Cakap People!