CakapCakap – Cakap People! Baru-baru ini, kelompok militan gerakan nasionalis dan Islam Palestina, Hamas, menembakkan rentetan roket ke Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023. Serangan ini menjadi serangan Hamas yang paling mematikan sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur 50 tahun silam. Sistem pertahanan udara Israel, yakni Iron Dome yang terkenal canggih dan kuat tidak mampu menangani serangan roket Hamas itu.
Hamas mengatakan telah menembakkan sebanyak 5.000 roket dalam serangan pertama mereka. Sementara itu, militer Israel mengatakan jumlah roket ditembakkan separuhnya atau 2.500.
Sejarah Iron Dome
Mengutip situs IDF, Iron Dome yang juga dikenal sebagai “Kippat Barzel” ini dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems dan Israel Aerospace Industries. Sistem ini dikembangkan sejak 2007. Uji coba terakhir Iron Dome rampung pada 2010 dan mulai beroperasi pada Maret 2011. Intersepsi pertamanya dilakukan terhadap roket dari Gaza pada April 2011.
Iron Dome didanai bersama oleh Israel dan Amerika. Israel menyediakan pendanaan dan pengembangan awal, yang memungkinkan penerapan dua sistem Iron Dome pertama. Pada 2010, pemerintah AS menyumbangkan 205 juta dolar AS untuk pengembangannya. Pada 2011, Haaretz menerbitkan laporan yang menyatakan bahwa Israel akan menginvestasikan 1 miliar dolar AS untuk baterai Iron Dome.
Selanjutnya pada 2012, pemerintah Amerika menyetujui paket tambahan senilai 70 juta dolar AS untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Pada 2014, subkomite pertahanan Alokasi Senat AS setuju untuk menyediakan 351 dolar AS juta bagi Israel untuk mengamankan sistem Iron Dome.
Berdasarkan laporan, Iron Dome telah mencegat lebih dari 1.500 target rentang tahun 2011 hingga April 2016. Pejabat Israel mengklaim, Iron Dome mencegat 85 persen dari 400 roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza selama konflik dengan Hamas pada 2012.
Bagaimana Iron Dome bekerja?
Missile Defense Advocacy Alliance (MDAA) mengatakan bahwa sistem pertahanan ini terdiri dari tiga elemen utama. Ada pencegat Tamir dan peluncurnya, ELM 2084 Multi-mission Radar (MMR), serta sistem manajemen pertempuran dan sistem kontrol senjata (BMC).
ELM 2084 MMR berfungsi mendeteksi target yang masuk dan memberikan panduan di tengah jalan untuk pencegat Tamir. Radar ini berupa array pemindaian elektronik aktif 3D yang beroperasi pada frekuensi S-band.
Baterai Iron Dome meliputi 3 sampai 4 peluncur, sistem manajemen pertempuran, dan radar pengendali tembakan. Setiap peluncur dapat menampung hingga 20 pencegat Tamir. Setiap baterai Iron Dome dapat mempertahankan area hingga 150 kilometer persegi dari serangan rudal, mortir, dan roket jarak pendek.
Iron Dome dapat mendeteksi dan menyerang target pada jarak mencapai 70 kilometer. Sistem ini menggunakan datalink perintah dan pencari radar aktif di dalam pesawat untuk panduan dan menggunakan hulu ledak berdaya ledak tinggi untuk menghancurkan target. Melansir Reuters, sistem Iron Dome dapat membedakan apakah roket akan jatuh di area padat penduduk atau akan jatuh di medan terbuka tanpa membahayakan.
Israel menyelesaikan pemutakhiran Iron Dome untuk membantu penggunaan rudal dan kendaraan udara tak berawak pada Maret 2021. Israel memverifikasi kemampuan sistem pertahanan udaranya dalam uji coba yang mencakup serangan roket dan rudal, serta pesawat tak berawak secara bersamaan.
Jelang akhir konflik Israel-Palestina pada 2021, ada lebih dari 4.000 tembakan roket dengan perkiraan 20-33 persen di antaranya tak mengenai wilayah Israel. Sementara itu, analisis lain menyatakan bahwa Iron Dome telah mencegat 1.428 dari 1.500 roket yang mendekati daerah berpenduduk.