CakapCakap – Cakap People! Pernahkah kamu merasa kesulitan untuk mengekspresikan perasaan pada orang lain? Jika iya, ini dikenal dengan istilah emotionally unavailable.
Mengutip Psychology Today, emotionally unavailable adalah di mana seseorang merasa tidak mampu untuk merasakan emosi milik diri sendiri maupun orang lain. Kondisi ini dapat disebabkan oleh pengalaman ditinggalkan atau diabaikan yang membuat mereka tumbuh dengan kesadaran emosi yang rendah.
Kenali lima tanda emotionally unavailable berikut seperti dilansir dari Psych Central.
1. Susah Terbuka Secara Emosional
Sebenarnya, ragu untuk terbuka soal emosi pribadi wajar dialami oleh semua orang. Tapi bagi seseorang dengan emotionally unavailable cenderung memiliki rasa takut yang teramat besar untuk menyalurkan perasaan pada orang lain.
Sisi emosional yang terluka membuat kamu merasa tidak nyaman untuk berbagi emosi dengan orang lain. Kamu memilih untuk selalu menjauh dan menarik diri dari topik obrolan yang melibatkan perasaan. Inilah yang akhirnya membuat kamu terbiasa memendam semuanya sendiri.
2. Kurang Bisa Berempati
Sebab jarang mengeksplorasi kebutuhan emosi diri sendiri, kamu yang mengalami emotionally unavailable biasanya kurang bisa berempati pada orang lain.
Kamu jadi tidak tahu bagaimana cara untuk menanggapi obrolan atau memberikan nasihat pada orang lain karena kamu tidak mampu menempatkan diri pada posisi tersebut dan memahami apa yang dirasakannya.
Ini dapat membuat orang-orang di sekitar enggan lagi berbagi perasaan pada kamu. Padahal bukannya tidak peduli, kamu hanya tidak bisa mengenali emosi orang lain.
3. Takut Terikat dalam Komitmen
Ketika ditanya soal komitmen baik dalam status hubungan romantis atau pertemanan, reaksi pertama yang kamu lakukan adalah menghindar. Ada rasa tidak nyaman bahkan cemas yang berlebih saat mengetahui ada orang lain yang mengutarakan rasa peduli atau kepercayaan berlebih pada dirimu.
Dikutip dari Very Well Mind, ketidakinginan untuk terikat akan komitmen ini muncul karena kurangnya kasih sayang dari orang terdekat di masa lalu. Kamu jadi merasa harus lebih mandiri secara emosional sehingga enggan terikat berlebihan dengan orang lain. Bahkan, kamu bisa saja mengakhiri sebuah hubungan jika dirasa berubah menjadi serius.
4. Sering Menghindar Saat Dibutuhkan Orang Lain
Untuk membatasi adanya keterikatan emosional dengan orang lain, kamu selalu menjauh dari percakapan atau situasi intim.
Setiap kali ada teman yang minta ditemani di saat-saat emosional, kamu mungkin akan mencari seribu alasan untuk tidak memenuhi permintaannya tersebut.
Jika pada akhirnya kamu tetap hadir untuk orang lain, akan ada saja usaha yang sengaja kamu lakukan untuk meminimalkan perasaan emosi seperti, mengalihkan topik pembicaraan, membuat lelucon atau bahkan memberikan respon yang kasar.
5. Hampir Tidak Pernah Memiliki Hubungan Dekat dengan Siapa pun
Nah, akibat dari kesadaran emosi yang rendah, kamu jadi tidak memiliki hubungan yang benar-benar serius dengan siapa pun.
Kamu sendirilah yang menutup diri terlalu rapat sehingga akhirnya orang lain pun segan untuk mencoba lebih dekat denganmu. Dampak jangka panjang yang mungkin dialami ialah kamu jadi mudah merasa cemas atau bahkan kesepian. Padahal, berbagi perasaan bukan pertanda kamu lemah.
Jadi, jika menyadari bahwa kamu ternyata sedang mengalami tanda-tanda di atas, ada baiknya jika kamu menemui psikolog atau yang lebih ahli untuk mendapatkan manfaat yang dibutuhkan agar bisa segera sembuh. Semangat, ya!