Indonesia punya ratusan suku yang unik dan berragam dalam banyak hal. Termasuk dalam pernikahan, setiap suku memiliki ciri khas masing-masing. Kalian yang mungkin sudah menikah, pasti sudah mengalami bagaimana tradisi atau tata cara yang khas dari daerah kalian. Di upacara pernikahan Bugis, ada juga banyak tata cara dan tradisi yang tidak ditemukan di daerah lain. Yuk kita lihat bersama-sama, apa saja keunikan dari pernikahan Suku Bugis?
Mammanu’-manu’
Mammanu’-manu’ adalah awal dari persiapan pernikahan Bugis. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak laki-laki untuk menyelidiki status gadis yang akan dinikahi. Unik bukan? Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui apakah gadis tersebut sudah terikat atau belum, hingga bibit bebet bobotnya. Orang yang akan melakukan penyelidikan ini adalah perempuan dari pihak laki-laki yang dianggap mampu.
Jika lolos penyelidikan, maka akan dilanjutkan dengan proses lamaran, dengan istilah Madduta’.
Mappetuada
Tahapan ini adalah pengumuman resmi akan hasil lamaran yang sudah dilakukan, mulai dari tanggal pernikahan, mahar, dan lainnya. Mappetuada biasanya ditandai dengan dilakukannya pinangan yang resmi, dengan hantaran berupa perhiasan dari pihak laki-laki ke pihak wanita.
Mappasili
Mappasili adalah upacara siraman. Filosofi dari lamaran sendiri adalah membersihkan calon mempelai dari hal-hal negatif, baik itu dari segi jasmani maupun rohani. Air yang digunakan untuk siraman diambil dari 7 mata air dan 7 macam bunga, serta uang koin. Uniknya, setelah siraman selesai, maka semua undangan yang hadir akan berrebut uang koin tersebut. Mereka mempercayai bahwa uang koin yang mereka dapatkan akan membuat mereka mudah dapat jodoh. Begitu juga dengan air sisa siraman yang juga bisa membuat orang yang membasuh badannya dengan air itu, bisa mendapatkan jodoh secepatnya.
Mappanre Temme dan Mappaci
Mappanre temme adalah ritual khatam Alquran atau merupakan doa kepada Tuhan YME agar proses pernikahan bisa lancar. Selain itu ada juga Mappaci yang bisa diartikan memberikan daun pacar ke calon mempelai sebagai bentuk doa restu. Dalam prosesi ini, akan diundang orang/keluarga yang memiliki kehidupan berrumah tangga yang baik. Ini dimaksudkan agar kelak, mempelai bisa menjadi keluarga yang harmonis seperti orang-orang yang memberikan doa restu.
Perlengkapan Mapacci berupa sarung 7 susun sesuai derajat keningratan, daun pisang, daun pacar yang ditumbuk halus, rokok, jagung kering, dan lain-lain. Setelah dua prosesi ini, akan dilaksanakan upacara pernikahan atau Ijab Kabul (dalam tata cara Islam).
Mappasikarawa
Mappasikarawa adalah sentuhan pertama dari suami untuk istri. Wah! Ya, setelah sah menjadi suami istri, maka suami akan datang ke kamar pengantin untuk menemui istrinya. Sebelum bertemu, akan ada ritual ketuk pintu. Unik ya?
Eits, ritual sentuhan pertama ini biasanya dilakukan dengan sentuhan di ubun-ubun, pundak, dada, atau perut istrinya. Tapi ada juga yang melakukan sentuhan di pundak, untuk melambangkan hubungan sejajar antara suami dan istri dalam kehidupan berrumah tangga.
Mapparola
Prosesi ini adalah tahapan terakhir dalam rangkaian pernikahan Bugis. Mapparola adalah kunjungan mempelai wanita (dan keluarga) ke rumah orang tua suaminya. Kunjungan ini diwajibkan oleh masyarakat Bugis karena menandakan bahwa mempelai wanita diterima dengan baik di keluarga mempelai pria. Dalam kegiatan ini, kedua mempelai biasanya akan sungkem (mohon doa restu) kepada orang tua dan orang yang dituangkan, sebelum keduanya tinggal bersama sebagai suami istri.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!