CakapCakap – Cakap People! Sebuah penelitian di American Journal of Clinical Nutrition menemukan mengonsumsi makanan kaya flavonol yang terkandung dalam buah apel akan membantu melawan kelemahan akibat penuaan. Studi sebelumnya telah menunjukkan flavonol memiliki sifat antikanker, antioksidan, anti-inflamasi, dan antivirus.
Sifat-sifat tersebut juga diketahui memiliki efek perlindungan terhadap gangguan neurologis dan kardiologis. Selain buah apel, senyawa ini terdapat pula dalam sayuran berdaun, bawang, brokoli, dan buah beri. Menurut penelitian itu, makan makanan nabati seperti apel dan beri hitam dapat menurunkan risiko kelemahan atau dikenal dengan sebutan frailty.
Rasa lemah ini mempengaruhi sekitar 10 persen orang di atas usia 65 tahun. Sering merasa lelah, penurunan berat badan yang tidak disengaja, dan kehilangan kekuatan adalah tanda umum kelemahan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan risiko rawat inap, kecacatan, jatuh, patah tulang, dan kematian.
Peran flavonol
Para ahli percaya asupan kalori yang cukup dan nutrisi yang tepat dapat mencegah kelemahan. Mereka merekomendasikan untuk memasukkan buah-buahan, sayuran, dan protein sehat ke dalam makanan seraya mengurangi tambahan gula, lemak jenuh, dan natrium.
Studi terbaru menunjukkan peran flavonol dalam mencegah kelemahan. Para peneliti menemukan setiap asupan 10 mg flavonol yang setara makan sebutir apel setiap hari, ada pengurangan yang cukup besar dalam kemungkinan mengembangkan kelemahan.
Para peneliti mengamati kuersetin, jenis flavonol yang ada dalam apel dan blakberi, berpotensi sangat efisien dalam mencegah kelemahan. Kuersetin juga dapat melindungi dari dislipidemia dan penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung.
“Sebutir apel sehari menjauhkan dari kelemahan. Temuan kami menunjukkan untuk setiap asupan 10 mg flavonol yang lebih tinggi per hari, kemungkinan kelemahan berkurang hingga 20 persen. Orang dapat dengan mudah mengonsumsi 10 mg asupan flavonol per hari karena sebuah apel berukuran sedang mengandung sekitar 10 mg flavonol,” kata para peneliti, seperti dilansir Medical Daily.