in ,

Setelah 21 Tahun Buron, Pelaku Genosida di Gereja Rwanda Akhirnya Ditangkap

Pada 12 April 1994, enam hari setelah genosida terhadap suku Tutsi oleh rezim ekstremis Hutu dimulai, milisi mengepung gereja tersebut.

CakapCakapCakap People! Begitu pembunuhan massal terhadap rakyat dimulai di Rwanda, 1994, Safari Jean Bosco dan ibunya, saudara perempuan dan laki-laki mencari perlindungan di sebuah gereja Katolik bersama dengan lebih dari 2.000 orang lainnya yang memadati gedung itu. Beberapa berdoa saat ibu-ibu yang lapar berusaha keras untuk menyusui.

Pada 12 April 1994, enam hari setelah genosida terhadap suku Tutsi oleh rezim ekstremis Hutu dimulai, milisi mengepung gereja tersebut. Tak lama setelah itu, Bosco melihat inspektur polisi lokal Fulgence Kayishema dalam sebuah pertemuan dengan pastor paroki dan lainnya.

Setelah 21 Tahun Buron, Pelaku Genosida di Gereja Rwanda Akhirnya Ditangkap
Tengkorak orang yang tewas selama genosida Rwanda tahun 1994 diatur dan dikunci di luar Gereja Katolik St. Pierre, di Kibuye, pusat kota Karongo, distrik Karongi Barat Daya Rwanda, 26 Mei 2023. [Foto: REUTERS/Jean Bizimana]

“Kami pikir pertemuan itu … membahas bagaimana menjaga keamanan kami,” kata Bosco kepada Reuters. “Kemudian kami mengetahui bahwa mereka memiliki niat kejam untuk memusnahkan kami.”

Milisi Hutu melemparkan granat ke Gereja Katolik Nyange di Prefektur Kibuye, lalu menyiramnya dengan bahan bakar untuk mengobarkan api. Ketika itu gagal, mereka merobohkan gereja dengan buldoser dan sebagian besar yang berlindung di dalam meninggal.

Rabu, setelah 21 tahun buron dari dakwaan genosida atas pembantaian gereja oleh pengadilan pidana perang Rwanda internasional, Kayishema ditangkap di Afrika Selatan, memberikan rasa puas yang telah lama disangkal kepada para penyintas.

“Penangkapan Kayishema telah lama dinantikan. Mudah-mudahan keadilan ditegakkan,” kata Bosco, kini berusia 67, yang selamat dari pembuldoseran dengan bersembunyi di bawah beberapa jasad dari 2000 korban.

Ia adalah tetangga Kayishema sebelum genosida Rwanda 1994, dan berbicara dengan Reuters di pintu depan rumahnya, sambil menatap kosong ke arah tanah milik Kayishema dulu.

Tetangga lainnya, Aloys Rwamasirabo, kehilangan lima dari sembilan anaknya di gereja tersebut. Sisanya dibunuh di tempat lain oleh milisi Hutu.

“Kami bersyukur kepada Tuhan dan pemerintah bahwa dia telah tertangkap,” kata Rwamasirabo, yang membantu membangun tugu peringatan di lokasi gereja tersebut. “Kami ingin dia (Kayishema) datang dan melihat bagaimana tempat itu terlihat sekarang terlepas dari apa yang telah dia lakukan.”

Klik DI SINI untuk melanjutkan membaca, Cakap People!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lima Kombinasi Makanan yang Sebaiknya Tidak Dimakan Bersamaan

Penumpang di Korea Selatan Ini Nekat Buka Pintu Pesawat Darurat di Udara

Penumpang di Korea Selatan Ini Nekat Buka Pintu Pesawat Darurat di Udara