CakapCakap – Cakap People! Mengalami post holiday blues saat kembali bekerja usai liburan? Setelah masa libur lebaran atau Idulfitri, orang-orang yang merayakannya akan kembali dalam rutinitas bekerja. Suasana liburan yang terbawa saat memulai rutinitas bekerja mempengaruhi perasaan atau gangguan emosi. Kondisi itu menandakan post holiday blues.
“Setelah acara seru seperti liburan, sering kali muncul perasaan kecewa,” kata psikolog klinis di Lenox Hill Hospital, New York City Naomi Torres-Mackie, dikutip dari Health.
Apa itu post holiday blues?
Perasaan kesedihan setelah liburan cenderung berlainan, menurut co-director Johns Hopkins Anxiety Disorders Clinic Paul Nestadt. Orang-orang selama liburan menerima dorongan dopamin dan serotonin. Itu dua hormon perasaan senang, saat menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Ketika liburan berakhir, suasana hati juga meningkat.
Ciri gejala post holiday blues sangat bervariasi, antara lain tidak bersemangat melakukan aktivitas sehari-hari. Muncul rasa malas dan lelah berkepanjangan disertai gelisah, emosional, susah tidur, dan stres.
Mengutip publikasi Sehabis Liburan Malah Stres? Yuk Kenali Post-holiday Blues!, psikolog klinis Toetik Septriasih menjelaskan, post holiday blues sebagai gejala psikologis suasana hati yang dipenuhi kesedihan hingga kesepian setelah liburan. Menurut dia, post holiday blues kondisi yang normal dialami orang setelah liburan.
“Setiap orang pasti bisa memulihkan diri dari kondisi ini,” katanya.
Menurut Toetiek, ada dua hal utama yang bisa menyebabkan post holiday blues. Pertama, ketika menjadikan liburan sebagai momentum untuk menghindari tanggung jawab. Dalam istilah manajemen stres.
Kedua, apabila mengalami peristiwa tidak enak saat berlibur. Misalnya, ketika kehabisan uang, menghadapi kehilangan seseorang atau sesuatu, hingga perubahan gaya hidup seperti jam tidur dan pola makan. “Tidur larut malam atau rencana perjalanan yang terlalu padat juga dapat menimbulkan post holiday blues,” kata Toetiek.